RSS

"KETIKA SAAT-SAAT AKHIR ITU TIBA...(DI BALIK GERBANG SMP...)"


Selasa....23 April 1985...

Pagi itu tampak serombongan anak2 berseragam putih-biru berjalan menuju gerbang sebuah bangunan sekolah. Didepan gerbang, terbentang sebuah lapangan olahraga yang cukup luas...


Udara bertiup semilir, kicauan burung masih terdengar,embunpun masih enggan berpisah dengan sang daun... Dibalik pohon nan rindang, kelembutan sinar surya mulai menerpa...menyapa rombongan anak2 berseragam itu...


"Eh..loe dah siap belon..?", tanya salah seorang dari mereka kepada teman lainnya...

"Siap apaan??? Semalem gua ketiduran tau...!", jawab teman yang ditanya.

"Tenang...tenang..., hari ini kan cuma PMP sama agama yang diujikan. Kecilll...", sela yang lain.


Di gerbang sekolah, seorang guru berbadan gempal, berkulit hitam dan suara agak serak telah menyapa...
"Pagi anak-anak...sudah siap semua kan?"
"Siap donk pak....", jawab salah satu dari anak2 itu. 
"Do'ain ya pak...", sambung yang lain. 
"Iiih, Bapak seger banget, pagi-pagi begini", goda salah satu murid yang terkenal paling centil dengan gaya dangdutnya...

Ketika sang surya bersinar semakin terang...tampak serombongan anak lain keluar dari gerbang dengan wajah agak lusuh..

"Gila bener, sangkain gue PMP soalnya mudah-mudah, kayak yang diujikan di pra Ebta 2 minggu yang lalu. Gak taunya...", tangannya mengepal terlhat sedikit kesal.



Jum'at....25 April 1985..


Di tempat yang sama, tiga hari kemudian...


"Eh, hari ini cuma IPS ama ketrampilan kan, yang diujikan?", bisik seorang anak berperawakan sedang padat berisi kepada temannya. 
"Iya...emang kenapa?", kata temannya balik bertanya...
"Gak...gue cuma gak sempet belajar tadi malam, orangtua gue lagi bertengkar, suasana rumah rame, panas dan gerah...gue ampe pusing", bisiknya. 
"Ooo..ya udah, berdo'a saja dapat soal yang mudah-mudah...", hibur sang teman. 
"Ya...semoga...", jawabnya sambil berjalan dengan langkah gontai menuju ruang ujian.

Senin...29 Mei...1985...


Akhirnya....hari-hari ujian akhir bagi siswa-siswi SMP se-Indonesia yang kala itu masih dikenal dengan istilah Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) berakhir sudah.


Mulai ada canda tawa terdengar di gerbang sekolah nan rindang. Panas mulai menyengat...rupanya hari itu matahari kurang bersahabat...

Sabtu minggu lalu anak-anak remaja harapan bangsa itu telah melalui salah satu materi pelajaran yang ditakuti oleh sebagian besar pelajar...matematika. Meskipun beberapa orang guru, seperti pak Nasution, pak Masdar Selly, pak Deddy Rodise hingga bahkan orang sekaliber pak Manurung, telah membekali mereka dengan pembahasan soal secara cepat dan tepat, tetap saja sebagani besar dari mereka, terutama yang memang sudah tidak mencintai matematika dari awal sangat was-was menantikan hasil akhir yang akan tercantum di NEM (nilai Ebtanas Murni).


Hanya dengan bekal NEM inilah, putra-putri terbaik dari SMP terbaik akan dapat masuk ke sekolah terbaik dan terfavorit di daerahku kala itu...SMAN 12...


"....Bu....bu...", tiba-tiba aku tersadar...diriku sedang menatap nanar sebuah bangunan megah, di tengah kompleks yang dulunya ramah. 
" Ya...ya..nak, kita pulang sekarang...", jawabku sambil bergandengan tangan dengan putraku yang baru selesai mengikuti UN (Ujian Nasional) tingkat SMP di sekolah yang dulu juga pernah jadi almamaterku...Bribu kenangan terkubur di sana...

Semoga anakku berhasil melalui ujiannya dengan baik, mendapatkan nilai yang terbaik dan berhasil diterima di SMAku dulu...SMA yang terbaik kala itu, seperti SMPku...


Perlahan kujalankan mobil meninggalkan almamaterku yang kini akan segera menjadi almamater anakku...semoga ia juga mempunyai kenangan terindah di sana, seperti kenanganku dulu....
Semoga....


(Sawangan, 28 April 2009...22.40')

catatan: Kupersembahkan bagi anak-anak-ku yang kini sedang mengikuti kegiatan UN, semoga mereka dapat melaluinya dengan baik dan mendapatkan hasil yang terbaik tanpa pernah melakukan kecurangan sedikitpun...aamiiin.)

0 komentar:

Posting Komentar