RSS

# '85 TOUR de YOGYA (episode 3) #


Sabtu, 17 Nopember 2012

Ini hari kedua rombongan menghirup udara Yogya (Bantul, tepatnya). Pagi ini sepertinya body lebih fit dan siap bwt ngedukung seluruh aktifitas, setelah bisa istirahat dgn nyenyak semalem. 

Menu sarapan pagi, agak mendingan dikiiit, yaitu...Nasi goreng pake telor matasapi....!! hehe, plus beberapa kotak nasi yg sempat diselamatkan kerna gak kesenggol saking dah gak semangat makannya semalem di Raminten.

Bangsal Kencono
Planning hari ini, rombongan akan berkunjung ke Kraton Yogya, lanjut ke Malioboro dan siangnya maksi bakmi jawa. 
Pagi-pagi, rombongan sudah menggedor gerbang Kraton. Setelah memasuki salah satu dari dua gerbang yang ada, yaitu Tepas Pariwisata (Regol Keben) dan membayar Rp 5.000,00/orang, rombongan memasuki Kompleks Sri Manganti dan Kedhaton, dimana terdapat Bangsal Kencono yang menjadi balairung utama kraton, kebetulan sedang ada persiapan pagelaran wayang kulit (rupanya setiap hari memang digelar berbagai pertunjukan di sini).

Di Kraton
Bagi setiap rombongan, disediakan seorang tourguide, kali ini kami ditemani oleh seorang ibu paruh baya, namun kerna rombongan kepencar gak keru2an, ya keterangan si Ibu hanya sempat dinikmati oleh beberapa rekan saja 

Setelah menjelajah sebentar di area seputaran Kraton, tak lupa mejeng sana sini (teteup hobi narsis gak boleh ketinggalan), serta melihat dari dekat bagaimana kesibukan para Abdi Dalem, melihat-lihat barang-barang koleksi keraton, koleksi souvenir2 yang diterima oleh Sultan, hingga koleksi batik (dari masa HBVIII – HB X), pandangan sempat terpana ke sebuah lukisan dan sebuah foto yang diletakkan berdampingan. Di sana tergambar, bagaimana letak Kraton Yogya yang menjadi pusat dari garis imajiner yang menghubungkan Parangtritis dan Gunung Merapi.

Naaah, seperti biasa, biar lebih jelas tentang Kraton Yogya, silakan lirik link ini http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/historic-and-heritage-sight/kraton/

Hari semakin siang, kala rombongan berkumpul kembali di halaman luar kraton dan sepakat untuk terbagi mejadi dua rombongan, yang hobi belanja belinji silakan ngikut Riza dan Eka menyusuri Malioboro, yang hobi bertualang heritage silakan mbuntut Merci dan Bayu.

Kali ini perpisahan tak terelakkan bwt Kemal sekeluarga, yang harus segera meninggalkan Yogya.

Hmm...kerna nenek moyang saya asli Yogya, saya lebih tertarik menyusuri Tamansari (sorry temans, kali ini edisinya Tamansari yaa...hehe).

Masangin (Masuk di antara Dua Pohon Beringin)
Dengan menggunakan tiga becak (gak mungkin dua laah, Bayu ndiri dah atu becak pastinya...hehe), saya-Merci-Niken-Bayu dan Nurul memulai petualangan menuju TKP. Eh sebelumnya kami nyempet2in diri dulu tuk nyoba jalan melalui dua pohon beringin. Hasilnya... jeung Nurul nabrak tembok mulu... (padahal dah bawa2 kipas sakti mandraguna andalannya, lhooo... hehe). 

Belajar Mbatik Super Kilat
Selanjutnya, kami mampir ke workshop pembuatan batik tulis (sempet kursus super kilat di sini, soalnya klo agak lamaan dikiiit kudu bayar Rp 100.000,00/jam dan mbayar pengganti peralatan mbatik Rp 50.000,00, sooo.... cepet2 kabur aah sebelum ditagih...hehehe) tak lupa mampir ke workshopnya pak Suhardi, seorang pembatik khusus kereta kencana, yang letaknya mblusuk-mblusuk kampung, hingga akhirnya kami tiba juga di Gerbang Tamansari.

Disambut oleh TourGuide seorang bapak yang cukup ramah dan ternyata pinter motret juga, shingga hobi narsis tersalurkan sempurna, kami menyusuri bangunan demi bangunan yang ada di Tamansari. Ternyata kompleks Tamansari yang terkenal dgn sebutan Fragrant Garden ini, semula luasnya meliputi 10 ha, dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. 

Umbul Binangun
Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.

Sayang, kami hanya bisa mengunjungi beberapa saja, sebab bagian yang lain sedang direnovasi. Kali ini yang pertama kami kunjungi Pemandian Umbul Binangun. 

Ini cerita serunya yang saya kutip dari wikipedia (nih link-nya,http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Sari_Yogyakarta) , tapi bwt yg males mbuka2, silakan mbaca di sini ajah..hehe 

Nampung Iler'e Wutho
"Umbul Pasiraman" atau ada yang menyebut dengan "Umbul Binangun" (versi lain "Umbul Winangun") merupakan kolam pemandian bagi Sultan, para istri beliau, serta para putri-putri beliau. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Untuk sampai ke dalam tempat ini disediakan dua buah gerbang, satu di sisi timur dan satunya di sisi barat. Di dalam gerbang ini terdapat jenjang yang menurun. Di kompleks Umbul Pasiraman terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk jamur. Di sekeliling kolam terdapat pot bunga raksasa. Selain kolam juga terdapat bangunan di sisi utara dan di tengah sebelah selatan.

Menara tempat Sultan Menentukan Pilihan...
Bangunan di sisi paling utara merupakan tempat istirahat dan berganti pakaian bagi para puteri dan istri (selir). Di sebelah selatannya terdapat sebuah kolam yang disebut dengan nama "Umbul Muncar". Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam ini dengan sebuah kolam di selatannya yang disebut dengan "Blumbang Kuras". Di selatan Blumbang Kuras terdapat bangunan dengan menara di bagian tengahnya. Bangunan sayap barat merupakan tempat berganti pakaian dan sayap timur untuk istirahat Sultan. Menara di bagian tengah konon digunakan Sultan untuk melihat istri dan puterinya yang sedang mandi kemudian yang tubuh telinji-nya paling mengesankan sultan akan di panggil ke menara...(ehm...ehm... ;-))

Di selatan bangunan tersebut terdapat sebuah kolam yang disebut dengan "Umbul Binangun", sebuah kolam pemandian yang dikhususkan untuk Sultan dan Permaisurinya saja. Pada zamannya, selain Sultan, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke kompleks ini. Ini di mungkinkan karena semua perempuan (permaisuri, istri (selir) dan para putri sultan) yang masuk ke dalam taman sari ini harus lepas baju (telinji), sehingga selain perempuan di larang keras oleh sultan untuk masuk ke Taman Sari (seru yaaa....)

Jadul dah ada Sauna looh... (di bawah itu tungkunya)
Penelusuran berlanjut ke Gedhong Sekawan , yaitu tempat istirahat Sultan dan Keluarga), Gedhong Gapuro Panggung , dulu di bangunan ini terdapat empat buah patung ular naga namun sekarang hanya tersisa dua buah saja. Gedhong Gapura Panggung ini melambangkan tahun dibangunnya Taman Sari yaitu tahun 1684 Jawa (kira-kira tahun 1758 Masehi). Terakhir Gedhong Temanten, dulu digunakan sebagai tempat penjaga keamanan bertugas dan tempat istirahat.

Sayangnya, keberadaan kompleks Tamansari, kini dikelilingi oleh pemukiman padat penduduk, sehingga suasana jaman keemasan Kraton dulu, kurang dapat dirasakan.

Waah... kepanjangan cerita soal Tamansari yaa?? Kalo gitu, kembali kecerita rom-bong-an deh...

Mejeng Bentar di Museum Benteng Vredeburg
Sesudah terpencar-pencar, akhirnya rombongan kembali bertemu di bus yang parkir seputaran kantor pos besar (sebelumnya rombongan kami janjian bertemu dengan mas Moko di benteng Vredeburg) dan seperti biasa, nyempetin diri tuk bernarsis ria dengan aneka pose di sini. Buat yg penasaran soal tempat ini, silakan intip di http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburg.

Judulnya "Sabar Menanti..." 
Siang semakin menjelang, cacing-cacing di perut mulai berteriak kelaparan, rombonganpun digiring tuk menuju Bakmi Kadin yang terletak di Jl. Bintaran Kulon, deket wartel Kadin (pokoke gak jauh dari Malioboro deh). Menu paling enak di sini (menurut saya looh) ya Mie Nyemek-nya. 

Beberapa temens sempet protes, katanya “gak ada sambel saos!!”. Piye tho, dimana-mana makan bakmi jawa ya pake cabe rawit iris buuu, bukan sambel saos!! Hehe... Seperti bakmie jawa pada umumnya, dimasak menggunakan anglo (areng), ayam yg digunakan ayam kampung (makanya gurih) dan harusnya masaknya satu demi satu (kmaren demi alasan kepraktisan & ketidaksabaran kerna dah kelaperan, mie-nya dimasak per empat porsi, untung masih enak rasanya...hehe)

Madame lagi Mbantuin Masak...
Lagi2 yang penasaran silakan mampir ke http://travel.kompas.com/read/2011/04/08/08470887/Bakmi.Kadin.Yogyakarta

Setelah wareg-reg, rombongan (kali ini Hestu kembali bergabung dan  Yelly harus mengejar pesawat ke Jakarta) melanjutkan perjuangan menuju WaterByur Tirta Tamansari-Bantul, yang dikelola oleh keluarga rekan kita mas Moko. 

Eh berdasarkan data yang saya dapet, pendapatannya bisa ampe Rp 42 juta sehari loooh (gak percayaa?? Nih buktinya...hehe)http://www.antaranews.com/berita/269772/pendapatan-water-byur-bantul-rp42-juta-dalam-sehari

Keceriaan di Pinggir Kolam "WaterByur..."
Di sini disuguhi minuman khas yang syik asyik punya, Es Krim Rujak namanya, yang merupakan perpaduan Rujak plus Es Krim. Rasanya? Sueger, muanis, pedes dan asem2 dikit... Nano-nane deeh pokoknya.

Heboh di Pantai Goa Cemara
Hari menjelang sore, perjalanan harus segera dilanjutkan. Setelah sempat berpose sejenak di pinggir kolam, rombongan kembali bergerak kali ini menuju Pantai Goa cemara, yang terletak di balik bukit hutan cemara (http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/12/07/eksotisme-pantai-goa-cemara-yogyakarta/)
Suasana pantai yang lumayan sepi, menyebabkan kita bisa bermain sepuasnya di sini, sayang Merci dan Riza harus segera mengejar pesawat tuk balik ke Jakarta. 

Pantai Goa Cemara
Beberapa permainan ringan (ice breaking) dilakukan. Mulai dari aba2 “Tugu Pancoran” (berdiri seperti tugu pancoran, badan agak condong ke depan, tangan kanan menunjuk langit san berteriak “Noh!), “Dansa” (formasi berdua), “Lampu Lalu Lintas (formasi bertiga), hingga formasi berempat & berlima (sayang, lupa apa istilahnya). Lanjut dengan estafet hola hop (di permainan ini Bayu langsung minggir...hihi). Permainan yang seru & kompak, tambah heboh dengan berbagai coretan cat pink di muka sebagai hukuman bwt yang melakukan kesalahan...(hayo ngaku syapa aja yg paling sering dihukum tuuh)... hehe.

Tak terasa, magrib menjelang, pertanda harus segera meninggalkan pantai yang penuh kenangan, setelah sebelumnya mengabadikan fenomena sunset yang sayangnya agak tertutup awan.

Gudeg Bu Slamet
Destinasi terakhir hari ini, menikmati kuliner khas yogya, apalagi kalo bukan gudeg!! Gak afdhol klo lom nyobain masakan yang atu ini langsung di tempatnya loooh. Bus-pun menuju Wijilan, sentra gudeg di Yogya. Rombongan lesehan menikmati gudeg bu Slamet (yg walopun dibilang gudeg ini gak terlalu manis, tapi teteup kemanisan bagi saya yang dah lidah sumatera punya, padahal asli anak’e wong Yogya.. hehe). 
Penasaran?? Nih link-nya http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/traditional-culinary/gudeg/

Hari ini, benar2 akhir pekan yang menyenangkan, walaupun sudah semi kelelahan, beberapa temans yang masih penasaran, menjajal keberuntungannya melewati dua pohon beringin di alun2 Kidul, alias Alun2 Selatan yang dikenal dengan istilah Masangin (Masuk diantara Dua Pohon beringin), padahal hari sudah semakin malam dan esok pagi buta harus bersiap-siap menuju Bandara. http://www.suaramerdeka.tv/view/video/32817/mencoba-mitos-beringin-kembar-di-yogyakarta

Esoknya, kala matahari masih 'lom menampakkan sinar sempurnanya, tampak serombongan anak manusia yang tergabung dalam '85 Tour de Yogya, telah sibuks berkemas menuju Bandara Adisucipto-Yogyakarta.

Tepat pukul 05.30 pagi, rombongan sudah ngantri di depan loket Lionair tujuan Jakarta, tuk boarding. Tak lama kemudian, jam 07.00 wib, pesawat LionAir dengan no. Penerbangan JT 0561-pun takeoff meninggalkan berbagai kenangan tak terlupakan selama dua hari tiga malam di Yogyakarta dan tepat pukul 08.10 pesawat landing di Bandara Soeta (perasaan baru duduk dah nyampe..hehe]

Terimakasih tak terhingga bwt mas Moko, Mb Hervin dan Mb Tuning yang sudah dengan penuh keramahtamahan menyambut temans lamanya, juga bwt mb Riza, mb Eka, sist Merci, dan trutama Sang Kompor Mledug om Wiwid alias Nengah, yang sudah meluangkan waktu dan tenaganya bwt ngurusin kita2.

Inilah cuplikan kesan dari rekan kita yang alhamdulillah akhirnya bisa nggabung, melalui SMS-nya ke saya “Makasih ya udah diajak ke reunian ini. Foto2nya bagus2 dan narsis abis...hehehe, kite2 pada gak nyadar ya klo udah pada tuir2...abis pada lupa diri seolah2 masih SMP...hehehe... Maunya yaa.. Suwun Nggih (Salam Hestu Wijaya dan keluarga).

Alhamdulillah... akhirnya selesai juga cerita (tiga episode), perjalanan '85 Tour de Yogya, kini tiba saatnya tuk kembali ke dunia nyata... njejeg bumi dan siap2 nabung (plus kerja keras), bwt perjalanan selanjutnya (butan begitcu om Nengah??)... 

# The end #

0 komentar:

Posting Komentar