RSS

"Ah, betapa aku tak suka moment reuni!!! "

Setengah ragu kumasuki ruangan itu dan benar, tiba-tiba diriku merasa asing. Banyak wajah-wajah yang kukenal dan cukup akrab menghiasi masa laluku. Namun...kutetap merasa asing dan sepertinya tak bisa menyatu.

"Hallo Sinta, masih inget kan, saya Mela", sapaku ramah seraya mengulurkan tangan kepada seseorang yang pernah menjadi temanku kala kelas 1.


"Oh iya Mela, inget donk.", balasnya sambil tersenyum basa basi. Tak lama kemudian Sintapun pergi menemui teman yang dirasanya lebih pas diajak ngobrol, dibandingkan aku, yang secara fisikpun berpenampilan sangat jauh berbeda dibanding teman-teman lainnya.

Mataku kembali liar mencari, seraya mengumpulkan memori, kira-kira siapa lagi teman lama yang mungkin masih ingat dengan diriku.

Satu, dua teman ku sapa. Namun, reaksinya sama. Sekedar basa basi, kemudian pergi meninggalkanku dalam kesendirian.

Di beberapa sudut ruangan, terlihat beberapa orang bergerombol. Wajah-wajah ceria terpancar di sana, diiringi gelak tawa saat memori lama diungkit kembali.

Tiba-tiba, ada tangan menepuk pundakku dari belakang "Hei Mela, pa kabar?". Sesaat kupalingkan wajahku ke belakang dan terpana, "hmm.. Siapakah gerangan makhluk manis berkacama dengan rambut ikal terurai yang menyapaku ini."

Kulirik label nama di dadanya "Rani". "Yaa ampun, ini kamu Ran. Kapan datang dari amrik?", balasku ramah setengah tak percaya, ternyata walaupun kami sudah lama berpisah dan Rani hidup berpindah pindah negara mengikuti ayahnya yang seorang dipomat, ternyata masih ingat dan mengenaliku. Walaupun kini penampilanku sudah berbeda sangat jauh dari puluhan tahun lalu.

Setelah kami berbincang sejenak, Ranipun meninggalkanku. Aku kembali dalam kesendirian yang menyanyat.

Ah, betapa aku tak suka moment reuni!!! 


Kuperhatikan, banyak dari temanku yang sukses dalam karier dan hidupnya. Sedang aku? Aku hanyalah seorang ibu rumahtangga, yang hari hari disibukkan mengurusi keenam anakku. Aku tak sempat bekerja di luar rumah, apalagi meniti karier seperti teman temanku lainnya.

Suamiku hanyalah wiraswastawan. Penghasilan kami yang tak seberapa, terkadang hanya cukup tuk makan.  Mana sempat aku ke salon, mana sempat aku bersosialisasi melalui dunia maya, mana sempat aku berhura-hura.

Aah, kalau bukan karena ajakan teman yang ternyata akhirnya tak jadi datang, tak mungkin aku terdampar di sini. Menyaksikan kemewahan semu dan hura hura ala anak SMA, menghidupkan kembali kenangan 25 th silam...

(Ditulis dlm rangka silver reunion alumniku tercinta)

RSF'28'8'13 (10'31)

2 komentar:

Ikke Soehartina mengatakan...

Be proud of yourself. Jangan minder karena "hanya" ibu rumah tangga. Kenapa hanyanya pakai tanda kutip? Karena ibu rumah tangga bisa menjadi orang yang lebih mulya dibanding yang lain. Apapun profesi anda, apapun pilihan anda, menjadi wanita karierkah, menjadi IRT-kah, tetaplah yakin akan pilihanmu.

Banyak orang yg berkomentar tentang aku, koq mau-maunya alumni ITB jadi guru? Teman2-ku banyak yang sdh S2 bahkan S3. Tapi aku bangga dengan pilihanku. Aku tidak peduli ketika saat reuni banyak teman yang lebih sukses baik materi maupun dalam karir.

Aku bangga karena aku mampu mempertahankan prinsipku. Aku tidak minder ketika bertemu dg yang lebih kaya, karena aku merasa "kaya", bukan karena harta yang kumiliki, tapi karena memiliki keluarga yang kucintai, Aku tidak minder ketika bertemu dengan teman yang pendidikan dan karirnya lebih tinggi, karena aku bangga bisa mendidik anak-anakku menjadi anak yang baik dan mandiri.

Aku tidak pernah merasa harus minder, karena aku tahu setiap pilihanku sebenarnya sudah ada dalam takdirku.

Ayo teh Aisy, nikmati hidup ini dengan penuh rasa syukur. Harta dan tahta bukan lambang kesuksesan. Sukses adalah ketika kita menikmati dan mensyukuri hidup kita.

gina hendro mengatakan...

Makasih mb Ikke masukannya...sangat memotivasi!!!

Posting Komentar