RSS

MELIA dan SEPATU RODA

Salah seorang teman Melia, Hafidz namanya, adalah seorang atlet sepatu roda. Suatu hari, Ayah Hafidz menawarkan Melia untuk belajar sepatu roda. Melia antusias sekali dan langsung cerita ke Ayah soal keinginannya belajar sepatu roda dan tawaran Ayah Hafidz tersebut.

Ternyata Ayah Hafidz bukan hanya menawarkan Melia untuk belajar sepatu roda, beliau menghadiahi Melia sepasang sepatu roda lengkap dengan pelindung tubuhnya, meski tanpa helm. Ayah Hafidz berpesan, beli saja helm pesepeda yang banyak dijual di toko.

Melia tahu, Ayah tak punya cukup uang untuk membeli helm pesepeda yang harganya lumayan mahal itu. Namun,  melihat keinginan Melia untuk belajar sepatu roda yang sangat tinggi, sore itu Ayah mengajak Melia ke pusat pertokoan untuk memilih helm yang dibutuhkan. Akhirnya, diperoleh sebentuk helm dengan harga yang cukup menguras dompet ayah. Dalam hati Melia berjanji untuk bersungguh-sungguh belajar sepatu roda. Melia tidak ingin mengecewakan Ayah yang telah berkorban banyak untuk dirinya.

Hari latihanpun tiba. Sejak subuh Melia sudah bersiap dan membenahi perlengkapan sepatu roda pemberian Ayah Hafidz. Seusai sarapan, dengan diantara Ayah, Melia menuju area latihan yang terletak di Stadion Kota.

“Wah, Melia sudah datang. Gimana, peralatannya dibawa semua?”, sambut Ayah Hafidz.
“Ini Paman, lengkap dengan helm yang Ayah belikan kemarin”, jawab Melia sambil menunjukkan perlengkapan yang dibawanya.
“Ayo sini, Paman kenalkan dengan teman-temanmu”, ajak Ayah Hafidz.

Merekapun menuju sekumpulan anak seusia Melia yang sedang bersiap-siap memakai sepatu roda di pinggir area latihan.
“Kenalkan, ini teman baru kalian, namanya Melia. Nanti tolong dibimbing yaa.”, pesan Ayah Hafidz kepada anak-anak itu serta kepada Kak Fira, sang pelatih sepatu roda.
“Siap Paman! Tenang Paman! Oke Paman!”, berbagai ucapan menyambut kedatangan Melia.

Sambutan yang ramah itu, membuat Melia langsung merasa diterima dan tanpa malu-malu, Melia menyalami teman barunya satu demi satu.

Latihan pertama dilakukan di atas rumput. Kak Fira dengan sabar membimbing Melia berdiri dan melangkah dengan benar menggunakan sepatu roda. Setelah dirasa cukup, latihan meluncurpun dimulai, kali ini berpindah ke lapangan beraspal di samping lapangan rumput. Tanpa kesulitan berarti, Melia mampu mengikuti seluruh instruksi Kak Fira.

Dari kejauhan, Ayah memperhatikan bagaimana Melia bersungguh-sungguh berlatih. Tiba-tiba Ayah Hafidz datang menghampiri.

“Sepertinya Melia berbakat jadi atlet sepatu roda, nih Pak”, tegur Ayah Hafidz.
“Alhamdulillah, mudah-mudahan ya. Saya perhatikan dia menyerap instruksi pelatih dengan cepat”, jawab Ayah dengan mata berbinar membenarkan ucapan Ayah Hafidz.

Ketika sedang asyik berbincang sembari memperhatikan Melia yang sedang berlatih di tengah area sepatu roda, datanglah bu Fitri, sang Bendahara klub sepatu roda itu.

“Bagaimana Pak, Melia jadi ikut berlatih sepatu roda kan?”, tanya Bu Fitri
“Iya Bu, sepertinya dia sangat menikmati olahraga ini”, jawab Ayah.
“Sepatu dan perlengkapannya sudah punya?”, tanya Bu Fitri kembali.
“Iya, ini dapat pinjaman dari Ayah Hafidz”, ujar Ayah sembari menepuk pundak Ayah Hafidz.
“Alhamdulillah kalau sudah ada perlengkapannya. Silakan isi formulir dan membayar uang pendaftaran serta biaya latihan dua bulan pertama, Pak”, lanjut Bu Fitri.

Tertegun Ayah memandang angka yang tertera di formulir. Uang  pendaftaran Rp 300.000,-. Biaya latihan Rp 200.000,-/bulan. Jadi total biaya yang harus Ayah bayarkan Rp 500.000,-.

“Ya Allah, darimana uang sebanyak ini?”, batin Ayah. Kemarin saja, untuk membeli helm pesepeda, Ayah harus mengorbankan sisa uang simpanannya. Namun melihat binar di mata Melia, Ayah tak tega untuk mengatakan “tidak usah berlatih sepatu roda”.

“Oh, baik Bu. Insya Allah pekan depan saya bayar”, ucap Ayah meyakinkan, sambil berdo’a semoga dalam sepekan ke depan ada rezeki untuk membayar biaya pendaftaran dan latihan.

Sepekan telah berlalu dan Ayah hanya mampu mengumpulkan uang sebesar biaya pendaftaran saja.
Pagi itu, Melia kembali bersiap-siap dan segera mengajak Ayah berangkat menuju tempat latihan sepatu roda. Melia tidak tahu, bahwa biaya berlatih sepatu roda ternyata sangat mahal dan Ayah telah berusaha untuk mencarikan uangnya.

Setibanya di tempat latihan, Ayahpun mendatangi Bu Fitri dan menyerahkan uang berikut formulir pendaftarannya.
“Maaf Bu, saya cicil dulu ya uang pendaftarannya. Insya Allah kalau pekan depan ada rejekinya, saya bayarkan kembali”, ucap Ayah meyakinkan Bu Fitri.

Ternyata Bu Fitri tak keberatan dan mengijinkan Ayah mencicil biaya latihan, bahkan menawarkan pembelian sepatu roda baru dengan cara mencicil dan harga yang jauh lebih murah daripada di toko.

Ayah senang sekali dan berjanji untuk membelikan Melia sepatu roda baru, sebab yang digunakan sekarang adalah sepatu pinjaman dari Ayah Hafidz.

Telah sebulan lamanya, Melia berlatih sepatu roda. Kemampuannya mulai mengalami peningkatan karena setiap hari Melia penuh semangat berlatih sepatu roda di rumah. Ayah sangat bangga dengan kemajuan yang dialami Melia dan berjanji untuk terus mendukung  kegiatan bersepatu roda putri semata wayangnya itu, berapapun biaya yang dibutuhkan...


RaDal, 02’02’15 (14’30)

*kenangan saat awal Melia menggeluti dunia inline skate, semoga menjadi atlet tangguh ya Nak :)

1 komentar:

yukie mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Posting Komentar