RSS

KOMUTER

Kemaren sore jelang magrib saya diajak temen pulang kantor naek KRL (kereta listrik) ekonomi ac dari stasiun dukuh atas ke stasiun depok baru. Wuih seru juga, karena baru kali ini saya merasakan nikmatnya gerbong khusus wanita yang ternyata dijaga oleh 2 pria...dan baru kali ini pula saya merasakan aura para wanita pekerja yang tergesa-gesa pulang ke rumah tuk bertemu dengan suami & anak2 tercintanya (maklum saya kan prt yang berstatus irt...biasa hidup santai...hehehe).

Wah, ternyata seru juga ikut berlari lari mengejar KRL yang ternyata datang tepat waktu (tepat waktu saya nyampe stasiun maksudnya..hehehe). Gak nyampe lima menit sejak kami turun bis, kami telah berganti moda transportasi dari dari kopaja P19 ke KRL ekonomi AC yang lumayan nyaman, palagi di gerbong khusus wanita yang baru diluncurkan 2 bulan lalu.

Kebetulan KRL yang kami tumpangi menuju tanah abang terlebih dulu, sehingga kami masih kebagian tempat duduk. Yang menarik, ternyata banyak penumpang yang gak kebagian tempat duduk, memilih tuk duduk menggunakan bangku lipat kecil yang dapat dibeli di luar stasiun (jenius!! daripada capek berdiri...hayoo...). Di sini kan berlaku hukum rimba, siapa cepat, dia dapat! Heh!

PENGAMEN


Hup...alhamdulillah...akhirnya berhasil juga aku menaiki dan duduk dengan maniesnya di bis metromini yang kan membawaku pulang. Rasa kantuk dan pusing yang mendera sedari tadi, tiba2 semakin menjadi setelah kusadari ternyata di dalam bis tengah berlangsung "konser tunggal" seorang pengamen jalanan yang asyik melantunkan sebuah tembang.

Hmm... rasa2nya aku kenal syair2nya, namun tentang apa ya?? Begitu gumamku dalam hati. Semakin kusimak baik2, sambil kuperhatikan gaya si pengamen.... Astaghfirullah ternyata tuh pengamen mendendangkan sifat2 Allah sambil bergaya seperti orang kesurupan. Kepala ditelengkan kiri-kanan, sambil diputar putar gak keru-keruan, tangan naik turun memainkan kecrekan dari tutup2 botol minuman ringan yang dipaku ke sebuah kayu bulat panjang. "Wujud, qidam, baqa....", si pengamen, seorang pria paruh baya, melantun dengan penuh keyakinan dan akupun semakin merasa gerah, menyaksikan dia berdendang seperti kesurupan.