RSS

"SUATU HARI di RUMAH SONNY" (Memory Melody Laskar Putih-Biru, part one)

"Beneran nih, besok ngumpul di rumah Sonny?", ungkap Zizi

"Bener Ziii... kutunggu jam 9 pagi, di Taman depan rumah emakku yaa...", balas Sonny

Keesokan paginya, mulailah berdatangan anggota Laskar Putih Biru ke Taman depan rumah ortu Sonny, diawali dengan kedatangan Baskoro.

"Hai Bas... pa kabar? Wah makin makmur aja kamu sekarang!", sambut Sonny riang, saat menemui mantan soulmate-nya yang lama bermukim di benua Kangguru tuk menyelesaikan gelar Phd.

Maka berpelukanlah dua lelaki subur itu. Yang satu berbadan tinggi besar, satunya hitam besar. Sejenak mereka bernostalgia, teringat saat berjalan beriringan bersama menuju gerbang sekolah yang tak jauh letaknya, melewati pematang sawah dan jalan setapak yang memisahkan dua kompleks perumahan.

Sonny... saat masih berseragam biru, dulu termasuk anak laki-laki berperawakan kecil, berkulit hitam manis, kini menjelma menjadi pemuda gagah berbadan bima, dengan suara agak ngebass.  Telah dikaruniai dua putri dan sukses meniti karir di sebuah perusahaan property terkemuka.

Baskoro... dari dulu hingga sekarang, penampilannya tidak banyak berubah.  Berpostur tinggi besar, cenderung agak berisi. Tetap bersahaja, walaupun lama bermukim di luar negeri. Kejeniusannya membawanya menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi negeri ternama. 

Tak lama kemudian, muncullah anggota ketiga, Khairy... Senyum khasnya langsung mengembang begitu bertemu dengan dua anggota sebelumnya. Salam dan pelukan hangat kembali mewarnai pertemuan di pagi nan cerah itu.
Khairy, dulu termasuk anak laki-laki berbadan kecil dan sering di bully.  Kini telah menjelma menjadi seorang pengusaha manajer perusahaan multi nasional dengan berbagai bidang usaha.



Perbincangan kembali berlanjut.  Waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi, saat sebuah motor kuning berhenti tepat di depan kediaman ortu Sonny.  Tampak seorang perempuan berjilbab, dengan gamis yang serasi melepaskan helmnya. Sejenak ia termangu, matanya berbinar menatap tiga sahabatnya yang sedang terlibat perbincangan seru di bawah pohon, di pinggir Taman. 

"Kagetin gak yaaa??", batinnya. Sebab sesaat sebelum berangkat, ia telah mengirimkan pesan kepada tuan rumah, bahwa kemungkinan besar tidak dapat hadir. 

Tak lama kemudian...

"Allow semua!!!", teriaknya ceria, sambil setengah berlari menghampiri para pria yang sedang tertawa mendengar cerita Sonny tentang pertemuan tak sengajanya dengan Pramudya.

"Nah!! Ini dia, topik utamanya sudah datang!", teriak Sonny senang. "Sudah kuduga, gak bakalan kamu gak nongol.  Kan kamu paling ribut tadi malam", lanjut Sonny lagi...

"Heheh...surpraiiiis....", balas Sandra setengah menggoda, sambil menyapa ramah ketiga pria gagah di sana.

"Gitu ceritanya...", lanjut Sonny lagi. "Ini San, aku lagi cerita tentang pertemuanku dengan Pramudya.  Hanya gara-gara saluran airku mampet, akhirnya aku gak sengaja berhubungan dengan Pramudya.  Semula aku dah niat marah-marah ke dia, karena terlambat mengirim teknisi ke rumah.  Tapi begitu kutanya namanya dan kuingat-ingat bahwa pernah punya teman bernama sama, ternyata dugaanku tidak meleset.  Dia memang benar Pramudya teman kita jaman SMP dulu! Wah dunia benar-benar selebar daun kelor yaa??", urai Sonny panjang lebar.

Memang, Sonny terkenal rame dan paling bisa menghidupkan suasana.  

Berbagai cerita nostalgia kala masih berseragam putih biru pun berseliweran pagi itu. Ada cerita Khairi yang dibully oleh anak baru, ada cerita tentang guru yang paling killer, cerita tentang teman-teman di masa lalu, hingga cerita percintaan ala bebek-monyet. Seru sekali...

Matahari bersinar semakin terang, tiba-tiba telepon Sandra berdering..

"Iya Zi, kita ngumpulnya di taman.  Sudah ada Sonny, Khairi ama Baskoro nih. Ayo cepetan!!", ucap Sandra kepada Zizi yang menelponnya.

Tak lama kemudian, Zizi pun memarkir mobilnya di depan rumah ortu Sonny. 

"Halllo semuaaaa!!!", teriak Zizi sambil melemparkan senyum cerianya selalu.

Setelah bersalaman dengan semuanya, akhirnya ceritapun berlanjut dan semakin seru.

Tiba-tiba, muncullah Nini, bunda Sonny. Dengan menjinjing plastik kresek putih, berjalan menghampiri Laskar Putih Biru. "Wah, Baskoro ini duren lho!!", ucap Nini spontan, sambil memeluk erat Baskoro, yang hanya mampu tersipu malu.

"Haaaaah??", kami semua terbengong (kecuali Sonny dan Baskoro tentunya).

Zizi menatap Sandra, seolah bertanya "koq kamu gak cerita?".  Sandra pun langsung mengangkat bahunya, pertanda iapun tak mengerti tentang status sahabatnya itu. Walaupun mereka sering berkomunikasi, tapi Baskoro memang pribadi yang agak tertutup. 

Sambil membagikan berbagai benda dari dalam kresek putih yang ternyata berupa mainan jangkrik pengusir tikus dan alat kerok kepada teman-teman anak sulungnya itu, Ninipun berpesan kepada Baskoro bahwa kalau kelak menikah kembali harus minta restu kepada Nini.

"Nanti Nini ncup mbun-mbunan mu yo Bas, biar pernikahanmu langgeng.  Terus kita buat pestanya di taman sini saja, tinggal pasang tenda.", kira-kira begitulah wanti-wanti Nini kepada Sang Duren, Baskoro sahabat kami yang baru menjejakkan kakinya kembali di tanahair tercinta.

Baskoro hanya mampu mesem-mesem, entah apa yang ada dalam pikirannya. Tapi bagi kami, Nini benar-benar seorang emak heboh yang menakjubkan!  

Nini terlihat sangat senang bertemu Baskoro, putera tetangganya yang sudah lama tidak bertemu... (sepertinya yang paling senang dan bersemangat dengan acara pertemuan pagi itu, tidak lain dan tidak bukan... ya Nini, emak Sonny)



Di langit, tepat di atas mereka, terlihat beberapa pesawat tempur membelah angkasa. Indah sekali pemandangan kala itu.  Walaupun sinar mentari semakin menyengat dan udara semakin tak ramah, tetapi kerindangan pepohonan hasil tanaman Nini telah mampu mengusir segala ketidaknyaman itu.

Tiba-tiba, Sonny teringat sesuatu dan segera memasuki rumahnya. Tak lama berselang ia pun keluar sambil membawa sebuah tas plastik lumayan besar.  Hmmm... apa ya gerangan isinya?? Dengan penuh semangat, Sonny mengeluarkan berbagai benda dari dalam tas besar itu.

Waw...ada aneka kerupuk, kue kering dan beberapa plastik kecil berisikan bubuk hitam. Semua diberi pita, cantik sekali. Ternyata, Sonny benar-benar telah mempersiapkan semua dengan sempurna! Dia berusaha menjadi host yang baik, bagi sahabat-sahabat lamanya.

"Ini kopi luwak, kualitas nomer satu!", terang Sonny. "Pak Chandra, big boss-ku bilang, kopi luwak Lampung ini lebih enak daripada kopi luwak asal Aceh lho...", cerita Sonny selanjutnya.

"Wah...kalau begitu, perlu segera dicoba nih!", sambut Zizi dan Baskoro serentak.

Perbincangan semakin seru, topik semakin beragam, ketika tiba-tiba mereka teringat dengan salah seorang sahabat mereka yang belum datang. Deddy!! Ya, bagaimana kabar cowoq imut dari negeri sakura itu?? 

Baskoro-pun membuka inbox-pesbuk. Ternyataaa... benar!!! Deddy berisik sekali di sana! Semenjak menginjakkan kaki di ibukota dua hari yang lalu, Deddy memang tiba-tiba menjadi misterius. Menghilang bak ditelan bumi, tanpa ada satupun yang tahu keberadaannya. 

Namun rupanya dia tetap memantau sahabat Laskar Putih Birunya itu.

"Sorry all, baru bisa liat fb lg. Mau ada ketemuan dimana? Tolong dong no. telpnya. Mobilisasiku saat ini masih susah... Sandra, Zizi, Khairy, Sonny... tolong kasih no hpnya", pinta Deddy setengah memelas penuh harap.

Akhirnya Baskoro berinisyatif menuliskan no telp teman-temannya.

"Ayooo muncul, lagi pada ngumpul nih! Lagi di tempat Sonny", balasnya.

"Rumahnya di mana? Gimana cara jalan ke sana? Kalo naik umum, gimana caranya?", cecar Deddy lagi.

"Sampai manaaa?", balas Baskoro...

Perbincangan via inbox pesbukpun berpindah ke telpon rumah ortu Deddy.

Tak lama kemudian, sebuah mobil minibus parkir di depan rumah ortu Sonny.
Ternyata Deddy akhirnya berhasil menemukan lokasi pertemuan kami! Wah, luar biasa hebat tuh anak.  Bertahun-tahun meninggalkan Indonesia, bisa dengan cepat dan tepat menemukan sebuah tempat (navigatornya pakai google map yaa?? heheh...)

Mengenakan baju kotak-kotak biru putih, bertopi ala oom Pasikom dan berselempangkan tas bak anak sekolahan, Deddy tersenyum dan segera menghampiri sahabat-sahabatnya. 

Tak banyak yang berubah dari dirinya, semenjak pertemuan terakhir tiga tahun yang lalu. Tetap tenang dan imut.  Belasan tahun betah tinggal di negeri sakura, Deddy kini merangkai karir sebagai ilmuwan di salah satu perusahaan elektronika terbesar di sana.
..............

Kegembiraan tiada tara tersirat dari wajah-wajah Laskar Putih Biru. Akhirnya... pertemuan yang telah diimpi-impikan semenjak tiga tahun yang lalu, terwujud siang itu... di sebuah tempat yang sangat bersahaja "Taman Depan Rumah Ortu Sonny, yang setengah mengering karena kemarau tiada akhir"

Baskoro...Deddy...Sonny...Khairi...Zizi...daaan Sandra... Enam anggota Laskar Putih Biru.... 
Minus Pramudya... Nugraha... dan Bujana... yang sedang keluar kota.

Obrolan berlanjut hingga adzan dzuhur bergema, pertanda para lelaki muslim harus segera menunaikan sholat jum'at. 
.............


RaDal'27'08'12 (23'23)

(nantikan kelanjutannya di... part two... "Dongeng Nini...")






0 komentar:

Posting Komentar