RSS

"DONGENG NINI..." (Memory Melody Laskar Putih-Biru, part two)

Adzan dzuhur telah bergema... pertanda para lelaki muslim harus segera beranjak menuju rumah-rumah Allah tuk melaksanakan sholat jum'at.  Kini tinggallah Zizi, Sandra dan Baskoro...

"Ayo masuk aja ke dalam...", tiba-tiba Nini telah berada di pinggir taman, mengajak pasukan Laskar Putih Biru yang tersisa.  Bergegaslah tiga sahabat itu menuju kediaman ortu Sonny...

Rumah yang nyaman, dengan ciri khas rumah pensiunan... Taman yang asri, menghiasi sebuah bangunan yang cukup besar dengan perabot dan hiasan jadul berikut deretan foto-foto menutupi hampir seluruh dinding ruangan.

Meja tamu telah penuh dengan berbagai snack lebaran penggoda selera.  Sayang, masih bulan ramadhan. Sabar...sabaaaar.... Tuk sementara waktu, pandangan harus dialihkan dari atas meja... mendingan lihat foto-foto saja.

Ninipun memulai tour di dalam kediamannya.

Pertama beliau menunjukkan deretan foto-foto yang ada di ruang tamu.  Wah cucu-cucu Nini lucu-lucu sekali. Berbagai pose dan ekspresi mereka menghiasi hampir seluruh tembok ruang tamu.

Kemudian dengan penuh nada bangga, Nini memperkenalkan keempat buah hatinya yang menggunakan toga kebesaran para wisudawan...  Terlihat Sonny yang pualing gagah di antara adik-adiknya.. Hampir pangling waktu melihat foto itu sekilas.

Memasuki ruang keluarga, mulai terpajang foto-foto jadul Sonny dan adik-adiknya. Sementara Baskoro sibuk memotret, Nini menjadi pemandu tour keliling rumah siang itu. Tidak banyak yang berubah dari seorang Sonny. Senyum khasnya selalu terkembang di setiap foto.

Dari ruang keluarga, kami diajak ke ruang makan. Wah, ada Sonny kecil di sana, dengan celana pendek yang teramat sangat pendek. Sungguh imut sekali. Sekali lagi, Baskoro mengarahkan kameranya ke sosok imut soulmatenya itu.

Perjalanan terus berlanjut, hingga ke bagian belakang rumah. Ternyata Nini memang orang yang senang dengan kenangan. Tidak ada satupun sudut ruangan yang luput dari sentuhan kenangan bagi Nini.

Kembali ke ruang tamu, kami disuguhi sebentuk karya Nini, di usia 48 th pernikahan.  Sebuah bundelan kertas, berjilid spiral kawat putih.  Hmm...apakah gerangan isi buku berbentuk setengah halaman folio ini??

Sampul depan, berhiaskan potongan-potongan tulisan yang diambil dari majalah, melengkapi aneka pose anggota keluarga Nini. Di sampul belakang, terpajang foto keluarga besar Nini. 



Bagian awal buku berisikan kisah perjalanan hidup Nini, dilanjutkan renungan - petatah petitih beliau dan diakhiri dengan foto-foto kenangan keluarga besar Nini, semenjak menikah hingga beranak cucu. Walaupun hanya print-print-an dan dibentuk bak sebuah klipping, namun amat sangat patut diapresiasi.

Lumayan tebal, untuk sebuah karya seseorang yang baru belajar membuat buku sendiri. Namun akan menjadi teramat sangat tipis, untuk mampu menampung semua kenangan, catatan perjalanan hidup, hingga aneka petuah dan nasehat Nini bagi anak keturunannya.

Ada beberapa catatan Nini yang menarik untuk disimak dan membuat Sandra terkesima. Antara lain, petuahnya tentang cara memilih istri.  Saat ia menunjukkan bagian itu ke Baskoro, dia hanya berkomentar "point satu ya, point dua iya, point tiga oke, point empat sudah, point lima... point enam... setuju semua...", hanya itu komentar si duren satu itu.  Hehehe... barangkali waktu anak lanang Nini mengajukan calon mantu, Nini-pun bergegas menetapkan syarat utama seorang istri bagi mereka.

Buku istimewa itupun berpindah ke tangan Zizi, yang ikut penasaran dengan isinya.  Dengan teliti, dibukanya lembar demi lembar.  Terkadang senyuman mengembang di bibirnya, kala lain dahinya berkerut menerjemahkan bahasa jawa yang Nini gunakan untuk mengungkapkan sesuatu masalah.

"Wah, bagus nih nasehat-nasehat yang Nini tulis!", komen Zizi. 

"Bawa aja... Nini bikin copy-nya banyak koq" sambut Nini spontan dan senang, karena ternyata sahabat sulungnya, sangat antusias dengan karya perdananya itu.  

"Nini sedang menyiapkan sebuah buku lagi menjelang usia 50 th pernikahan kami", lanjut Nini. 

"Hah? dua tahun lagi Nini dan aki akan merayakan pesta pernikahan emasnya? Wah, ternyata kami sudah tuir yaa..", batin Sandra menanggapi cita-cita Nini itu.

Tiba-tiba mata Zizi tertumpu pada sebuah foto, seorang lelaki berbadan gagah, dengan tiga anak laki-laki, duduk berpose telanjang dada di pinggir kolam renang. Segera dia tunjukkan gambar itu kepada Sandra dan Baskoro. Merekapun tertawa bersama, melihat keakraban ayah-anak itu.





============

Tak lama kemudian Sonny, Deddy dan Khairy masuk ke dalam ruangan.

"Assalamu'alaikum...", sapa mereka serentak

"Wa'alaikumussalam...", sahut  Sandra

"Wah, lagi ngomongin apa nih? Jangan-jangan emakku ngebongkar aibku yaa?", tanya Sonny penasaran

Baskoro, Zizi dan Sandra hanya tersenyum menggoda...


"Gaaak kok... kami tadi hanya keliling rumah, ngeliat foto-foto kamu dan ndengerin Nini cerita", jawab Sandra.

"Ah...aib ku deh yang diceritain", Sonny ngotot...

"Iiih... gak kok. Tadi Nini hanya cerita kebanggaannya punya anak-anak yang sukses di bidangnya masing-masing tapi sangat perhatian dengan keluarga dan tetap menghormati orangtuanya... Tentu itu dambaan semua orangtua kaan?", ujar Sandra selanjutnya.
============

Obrolan antar enam sahabat itu terus berlanjut, diselingi gelak dan tawa, kali ini tentang masa-masa kuliah, pekerjaan, pertemuan dengan jodoh masing-masing, anak-anak mereka, hingga harapan dan asa di masa depan.

Tak terasa, hari mulai beranjak petang, saatnya untuk kembali ke kehidupan nyata setelah bernostalgia dan kangen-kangenan di moment yang singkat itu. 

Terukir harap, semoga persahabatan mereka tak lekang oleh waktu...
============

RaDal (020912/09'22)


masih penasaran?? lanjut part three yaa... "Persahabatan Bagai kepompong"








0 komentar:

Posting Komentar