Sore itu, Mama pulang membawa sebuah bungkusan misterius.
Nabil penasaran sekali. Setelah
menyalami Mama, Nabil langsung berusaha membuka bungkusan yang dibawa. Tapi Mama bilang, Nabil tidak boleh melihat
apalagi memegang bungkusan itu. Nabil
semakin penasaran...
Ketika Mama mandi, Nabil masuk kamar dan mencari-cari bungkusan
misterius yang dibawa Mama tadi. “Aha!! Ini dia!”, teriak Nabil dalam hati,
ketika melihat bungkusan misterius itu di atas meja rias Mama.
Dengan penasaran, Nabil buka pelan-pelan dan intip isinya. “Ha??
Koq seperti kerikil, kecil-kecil, tapi warna-warni?”, batin Nabil. “Hey...
jangan-jangan ini coklat kerikil seperti yang pernah Bude Lidia berikan, waktu
Bude pulang haji kemarin”, batin Nabil lagi.
Nabil sangat suka coklat itu, selain bentuknya lucu, rasanya juga enak.
Akhirnya, Nabil coba satu butir. “Hmmm... iya, benar ini seperti coklat yang
diberikan Bude Lidia.” Nabil coba lagi
sebutir...dua butir... tiga butir... “Wah, ternyata memang enak...”. Tak terasa
Nabil hampir menghabiskan seluruh isi bungkusan misterius yang dibawa Mama
tadi.
Tiba-tiba, Mama masuk kamar dan melihat bungkusan yang
hampir kosong. Mama langsung berteriak, memukul
Nabil sambil ngomel panjang lebar. Nabil
yang merasa bersalah, langsung minta-minta maaf pada Mama, tapi Mama semakin
marah dan matanya melotot memerah. Nabil
takuuut sekali...
Malamnya, Nabil muntah-muntah dan demam tinggi. Nabil dirawat
di rumahsakit seminggu lamanya. Mogok makan, mogok minum dan mogok bicara. Mama sudah berusaha membujuk dan meminta
maaf, tapi Nabil tidak bergeming sama sekali.
Matanya selalu terpejam, terkadang mengalir air mata di sudutnya. Nabil merasa teramat sangat bersalah, telah
melanggar pesan Mama.
Tepat di hari ketujuh, Nabil membuka matanya pelan dan memandang
Mama, sambil mengucap lirih “Nabil minta maaf Mama, Nabil mau pulang ke rumah
Allah yang lebih sayang sama Nabil”. Tak lama kemudian, Nabilpun berpulang tuk
selamanya. Tinggal Mama meratapi
kepergian anak semata wayangnya yang baru berusia tiga tahun, demi sebungkus
coklat kerikil yang tak seberapa berharga, dibanding kehilangan anaknya
tersayang...
Yaa... Allah lebih sayang Nabil, daripada Mama yang sudah
dititipi Nabil oleh Allah untuk sementara... Tapi menyia-nyiakannya...
Wallahu’alam bisshowab... Semoga kita tidak menjadi seperti
Mama Nabil...
BojSar-18'10'12 (23'40)
1 komentar:
Naudzubillah... emosi memang bisa membuat sgalanya jadi lebih buruk
Posting Komentar