Kamis (6
Agustus 2015)
![]() |
Sie..sie... |
Sesampai di rumah, aku langsung mencuci seluruh pakaian kami yang penuh debu halus dari gunung Bromo. Semoga pagi sudah kering dan siap untuk dipacking ke dalam koper. Kunjungan kami di Jawa Timur hampir berakhir, sehingga sisa rencana liburan dilakukan maraton. Esok tujuan kami ke Malang, untuk selanjutnya menginap di kota Batu.
Tak lama
persiapan yang kubutuhkan, karena memang tak berniat membeli
oleh-oleh. Aku berusaha mengurangi jumlah bawaan dan mengemasnya menjadi
hanya dua buah koper (satu kubawa dan satunya dibawa Amir), sebuah ransel berisikan
beberapa setel pakaian untuk di kota Batu (dibawa Haqi), serta tas sepatu yang
ditenteng Pia. Perjalanan kami masih panjang dan naik kendaraan umum. Jika
membawa terlalu banyak barang, akan sulit mengontrolnya.
Nang pinggir embong, nunggu dijemput Tutik ;) |
Rencana
semula, aku berniat menitipkan kedua koper serta tas sepatu pada sepupuku yang
tinggal di Malang kota. Namun, beberapa kali dihubungi, tak ada tanggapan.
Akhirnya, aku menghubungi Tutik Sri Hastuti, sahabat lamaku kala kuliah, seorang pengusaha kuliner di Malang. Suaminya teman sekampus si Mas, yang kini menjadi dosen Universitas Negeri
Malang, alias UM. Wes, kloplah, kami sudah saling mengenal.
Kali ini si
Mas hanya menemani hingga kampus UM, karena beliau harus menyelesaikan
persiapan menjelang Munas dan Reuni Alumni IKIP-UM Malang.
Jika sebuah
perencanaan melibatkan peran Allah di dalamnya, insya Allah akan dimudahkan.
Prinsip itu yang kupegang setiap saat. Selain prinsip “berbuat baiklah pada semua
orang, maka orang lainpun akan berbuat baik padamu”.
Alhamdulillah
lagi-lagi di luar dugaan, begitu bertemu aku, dengan santainya Tutik memberikan
kunci mobil seraya berpesan “Bawa aja mobilku, kebetulan siang ini suamiku ke
Madiun, jadi mobilnya gak dipakai”.
Masya Allah,
tangan siapakah yang menggerakkan hati pasangan ini?? Tak henti-hentinya aku
bersyukur. Semula aku berencana ngebolang bersama anak-anak menuju Batu, eh
malah dipinjami mobil dengan kondisi sangat prima.
----------------------------------
Tak
menyia-nyiakan waktu, setelah sempat mengelilingi kampus UM sejenak, kami
bergegas menuju kota Batu nan sejuk yang terletak di kaki Gunung Vanderman.
Terakhir aku ke sini, lebih dari tujuh tahun yang lalu, bersama rombongan
keluarga besar Papiku.
Sejenak kami
mengisi perut di sebuah rumah makan sederhana di pinggir jalan, sebelum
akhirnya menuju penginapan Homestay “Griya
Sumber Rejeki” yang terletak di jalan Oro-Oro Ombo, tak jauh dari BNS (Batu
Night Spectaculer) kota Batu.
BNS di pagi hari |
|
di teras kamar Griya Sumber Rejeki |
Penginapan
ini kudapatkan dari situs yang ada di booking.com. Melihat review yang
diberikan oleh beberapa tamunya, membuatku cukup yakin untuk
memesan kamar di penginapan ini. Sebuah kamar berukuran 3x3m2, dengan tempat
tidur ukuran queen, sofa yang jika dibuka bisa menjadi tempat tidur, tivi
lcd, teko untuk memasak air panas, 4 gelas kosong, 4 cup mie instan mini,
gula-teh-kopi, serta air panas yang mengalir 24 jam di kamar mandi, rasanya
cukup sepadan dengan harga yang harus dikeluarkan sejumlah Rp 270.000,-/ malam.
Ternyata lagi banyak penawaran paket wisata |
Usai
meletakkan ransel berisikan pakaian yang akan kami gunakan selama di Batu dan barang lainnya masih tersimpan di bagasi mobil, kami bergegas menuju
Museum Angkut yang buka mulai jam 1 siang.
welcome to Museum Angkut |
Tiket masuk
lumayan mahal Rp 80.000,,-, namun karena ini adalah weekdays,
kami hanya dikenakan tarif Rp 60.000,00/orang. Asyiknya, jika menggunakan kartu
BCA, maka akan mendapat diskon sebesar 20%. Tentu saja tak kusia-siakan
penawaran menarik ini. Cukup mengeluarkan dana Rp 192.000,00 berempat, plus Rp
30.000,00 untuk kamera yang dibawa, kami sudah dapat berkeliling menikmati
museum angkut yang dibuka tahun 2014 ini.
Loket tiket Museum Angkut |
----------------------------------
kereta kencana entah milik siapa :) |
Kedatangan
kami disambut dengan sederetan mobil antik, kereta kencana menarik, motor-motor
kuno, serta sepeda di lantai bawah. Di lantai atas, kami disuguhi berbagai alat
transportasi darat-laut dan udara. Menariknya, dengan membayar Rp 30.000,00 per
orang, kita dapat menikmati interior serta pelayanan dari pramugari ala pesawat
boing 737. Lumayan bisa ngadem
sejenak sembari menikmati alunan musik dan berkhayal terbang ke berbagai
belahan dunia.
Puas berdiam diri di kabin pesawat, kami mencoba permainan seperti becak, namun beroda sangat
besar di sisi kiri dan kanannya. Cara mengoperasikannya, melalui tuas yang jika
ditarik kebelakang, maka kendaraan akan bergerak ke belakang dan jika tuas
diarahkan ke depan, kendaraan akan melaju ke depan. Awalnya cukup sulit untuk
mengendalikan, namun lama kelamaan berhasil juga berjalan walau hanya bergerak beberapa
meter dan lebih banyak berputar-putar di tempat. Permainan ini bisa
dinikmati dengan merogoh kocek sebesar Rp 15.000,00/kendaraan.
Kami juga
sempat melihat dan mengabadikan pemandangan kota Batu kala sore hari dari atas
ketinggian menara yang berbentuk seperti roket siap diluncurkan. Suasana senja yang indah.
Usai
mengelilingi lantai 1 dan 2, kami menuju ke ruangan berikutnya melalui sebuah
lorong yang menggambarkan Jakarta tempo doeloe. Menarik sekali suasana di
sini. Ada delman, dokar dan bendi, tiga jenis kendaraan serupa tapi tak sama
yang disesuaikan dengan tempat asalnya. Juga ada suasana pecinan lengkap dengan
restaurant, aneka pedagang kaki lima, suasana pasar ikan berikut
kendaraan-kendaraan yang digunakan pada masa itu, becak, opelet, truk kuno, bajaj
dan bemo. Di pojokan jalan, terdapat
sebuah warung kopi “Sepeda Antik” yang terletak di kantor “Pelabuhan Sunda
Kelapa”.
pecinan jaman dulu |
suasana pelabuhan sunda kelapa |
warung kopi "Sepeda Antik" |
Memasuki
gedung berikutnya, kita disuguhi pemandangan ala holywood dan suasana di
amerika tempo dulu, serasa sedang syuting film jika mengabadikan gambar di
sini.
![]() |
Al Capone... Pia pikir dia seorang kakek baik hati..hehe |
Selepas dari benua Amerika, pengunjung diajak menikmati suasana ala Eropa nan romantis penuh bunga, lukisan dan bangunan khas masing-masing negara (Jerman, Belanda, Perancis). Miniatur Menara Eiffel berdiri dengan gagahnya di tengah ruangan,
dikelilingi oleh cafe dan jalanan berbatu.
![]() |
memetik bunga di Belanda |
![]() |
Belajar melukis dengan maestronya di Paris |
![]() |
Ngeliatin yang lagi pada manjat tembok Berlin |
![]() |
Jalanan di Eropa suatu malam... |
Kusempatkan duduk sejenak menikmati sebungkus popcorn dan sengaja
kupanjatkan do’a nan khusu’ di sini, memohon pada Sang Kuasa, suatu saat kelak
aku akan benar-benar berkeliling mengunjungi negara-negara yang indah di Eropa.
Aamiin.
Selepas meninggalkan
suasana pedesaan Jerman, kita akan disambut sebuah istana nan megah kediaman
Ratu Elizabeth II beserta keluarga, ya Istana Buckingham. Di halaman
depannya terhampar taman bunga indah, serta sebentuk kolam mungil. Puas narsis di sini,
kita dapat berfoto bersama Sang Ratu, serta menaiki kereta
mobil gratis. Di dalam istana, terparkir sebuah bis tingkat (double decker) khas Inggris yang telah disulap menjadi arena
bermain anak-anak.
![]() |
Di halaman istana Buckingham :D |
![]() |
Ini bunga beneran looh.. |
![]() |
Bertamu ke kediaman Ratu Elizabeth II |
![]() |
Naek mobil gratisan nii.. Background Double Decker |
![]() |
Haaaiiii... SKSD ama Ratu :p |
Beranjak dari Istana Buckingham, kita kembali diajak ke nuansa Holywood yang kali ini dikemas
ala-ala Las Vegas, kota yang terkenal sebagai pusat perjudian terbesar di dunia. Sederetan mobil antik, berikut poster serta patung artis yang
pernah menggunakannya, bisa ditemui. Ah, ada artis kesayanganku “Pierce Brosnan” sang agen
007, walaupun patungnya tak mirip sedikitpun, namun lumayan buat koleksi foto
bersama artis. :)
![]() |
Kapan lagi bisa meluk Pierce Brosnan :p |
![]() |
Wuih..kalo ke sini, kudu nyiapin banyak coin receh niih |
----------------------------------
Hari
bertambah malam, museum ini akan tutup pukul 21.00. Masih ada waktu sejam untuk
menikmati museum D’Topeng. Tiket seharga Rp 10.000,00 per orang sudah terlanjur
dibeli sewaktu membeli tiket Museum Angkut, sayang jika tidak
dipergunakan.
![]() |
Serasa lagi dalam kereta yang berjalan |
Sebelum berpindah area museum, kita harus melewati gerbong kereta api kuno yang serasa sedang berjalan, serta Warung Apung. Aneka produk kerajinan
tangan, dan makanan khas Jawa Timur dijajakan di sini. Pengunjung juga bisa
berkeliling menggunakan perahu yang didayung sendiri. Sayang waktu kami tidak
memungkinkan, jadi pilihan terbaik adalah berkeliling Museum D’Topeng.
![]() |
Numpang lewat di Pasar Apung |
![]() |
@ Museum Topeng |
Kedatangan
kami disambut oleh seorang pemandu, dengan sabar beliau menjelaskan satu demi satu benda-benda yang ada di sana. Koleksinya bukan hanya topeng saja. Suasana magis kental terasa, sebab banyak yang asli dari tempat asalnya dan melingkupi hampir seluruh
wilayah Nusantara.
Ketika melangkah keluar, ternyata kami adalah pengunjung terakhir yang meninggalkan
museum. Benar-benar tak cukup waktu enam jam untuk mengelilingi keduanya. Semoga suatu saat kelak, kami dapat berkunjung kembali.
Aamiin.
----------------------------------
Hari mulai
larut, rugi jika tak menikmati suasana malam di kota Batu nan
sejuk. Akhirnya, kuarahkan kendaraan menuju Alun-alun. Tiga tahun
yang lalu kami berkunjung sebentar ke sini, namun tak sempat menikmati keindahan Kota Batu
dari atas kincir raksasa.
Alhamdulillah, ketika kami datang, loket tiket masih buka hingga jam 22.00 wib.
![]() |
Kincir Raksasa di Alun-alun kota Batu |
Antara takut
ketinggian dan rasa penasaran, aku beranikan diri menaiki kincir raksasa itu.
Kubayangkan saja, sedang menikmati pemandangan kota dari atas pesawat terbang.
Sebetulnya, aku agak nervous, namun kusimpan erat dalam senyum manis penguat
nyali anak-anakku terutama Pia yang rupanya mulai sedikit ketakutan juga.
![]() |
Ternyata naik kincir raksasa gak menakutkan :D |
Ternyata tak
seperti yang kubayangkan, pergerakan kincir raksasa ini benar-benar tak terasa.
Tahu-tahu kami sudah berada di puncak dan tak lama kemudian sudah kembali
turun. Tak sampai 15 menit waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu putaran, namun sudah dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Batu.
Belum
puas?? Silakan beli tiket dan antri lagi yaa...
Maklumlah, dengan tiket hanya Rp 3.000,00 per orang, pengunjung
sudah dapat menaiki kincir raksasa ini.
Di
sekeliling alun-alun banyak penjual makanan kaki lima, dari sekedar jajanan
ringan hingga makanan berat. Setelah berkeliling sejenak, aku melihat ada
penjual susu segar, nasi goreng dan tahu
campur. Ah ini dia yang kucari-cari, setelah hampir dua pekan di Jawa Timur,
akhirnya aku dapat menikmati tahu campur kesukaanku.
Makanan lainnya tak beda
jauh dengan jajanan ala pasar malam di Jakarta. Ada cireng dan cimol yang lagi ngetrend, jagung rebus dengan aneka toping,
kacang rebus, es krim durian, hingga crepes yang sayangnya sudah kehabisan.
Sambil
menunggu Pia bermain di arena permainan anak-anak yang disediakan Pemda di Alun-alun kota Batu, kami menikmati Lumpia yang dimakan
dengan bawang daun muda. Sensasi rasanya memang berbeda. Ada lumpia isi tahu
dan sayuran, juga ada lumpia isi ayam. Harganya sama Rp 2.500,00 per potong.
Amir rupanya ketagihan dengan lumpia ini, sehingga sebelum pulang ia membeli
beberapa potong lagi.
Ah, suasana
malam di kota Batu memang romantis. Udaranya sejuk tak terlalu dingin, makanannya murah meriah, hiburannyapun cukup memandang orang berlalu lalang
sembari menikmati jajanan kaki lima. Semoga menjadi kenangan indah bagi
anak-anak, seperti kala aku masih kecil diajak berkeliling pulau Jawa dan
menikmati aneka kuliner di setiap destinasi wisata. Benar-benar pengalaman tak
terlupa sepanjang masa.
----------------------------------
![]() |
Haqi yang terkantuk-kantuk... |
Rupanya Haqi sudah tak mampu menahan rasa kantuk, berkali-kali ia menguap dan mata memerah, kasihan
juga aku melihatnya. Akhirnya, setelah masing-masing menghabiskan segelas susu
hangat dan sepiring penuh nasi goreng, kami meninggalkan Alun-alun menuju
hotel. Wisata kuliner yang mumer, tak sampai Rp 100.000,00 kami sudah
dapat menikmati hidangan nan nikmat. Alhamdulillah. Tak perlu ke tempat mewah,
lebih asyik dan menarik kegiatan seperti ini.
Sesampainya
di hotel, kami segera bebersih diri dan melaksanakan sholat magrib jama’ isya.
Tak lama kemudian.... zzzzz... “Selamat mimpi indah”, semoga esok bangun dengan lebih
segar....
----------------------------------
0 komentar:
Posting Komentar