![]() |
sumber |
Pernah dengar pecel yang terkenal seantero jagad raya? Ya,
pecel asli Madiun rajanya! Madiun dan sekitarnya, memang
terkenal sebagai daerah wisata kuliner dengan Sego Pecel atau Pecel Pincuk sebagai trade mark.
Entah karena bangga dengan daerahnya atau ingin
mempopulerkan Pecel Pincuk, kala saya menikah, Almarhum Bapak yang memang asli
Madiun, khusus meminta pihak katering menyediakan sego pecel lengkap, yang disajikan
dalam pincuk. Salut dengan si Ibu Pemilik Katering, demi kepuasan pelanggan, bumbu
pecel dan kemasan pincuknya beliau buat sendiri. Padahal kami memesan
dalam porsi tidak sedikit.
Kenapa Sego Pecel Madiun terasa berbeda dengan pecel
lainnya? Selain bumbu kacangnya lebih gurih, sayurannya juga. Ada tambahan kecipir dan bunga turi rebus, mlandingan alias petai cina, daun
kemangi segar dan taburan serundeng di atasnya. Kalau kata Pia sih, pecel Madiun itu harus ada
rempeyek kacangnya. Hehehe.
![]() |
sumber |
Saya termasuk pecel mania. Ternyata, kesukaan saya terhadap pecel merupakan turunan
dari ayah yang hobi menikmati lempeng gapit (sandwich kampoeng), yaitu sedikit sayuran dan toge rebus yang
diletakkan di antara 2 kerupuk lempeng (kerupuk beras) dan disiram bumbu pecel. Bagi penduduk asli Madiun, menikmati pecel tidak dengan nasi atau sego, namun tepo (seperti lontong yang dicampur bleng, sehingga terasa lebih legit)
-------------------
Inilah kebiasaan saya yang sulit diubah. Setiap ada penjual pecel sunggi, yaitu pecel yang diletakkan di atas tampah dan disunggi di atas kepala, langsung akan saya panggil atau datangi. Walaupun terkadang rasa bumbu pecelnya jangan ditanya. Ada yang dicampur kanji, ada yang biji cabenya masih utuh bahkan ada yang sayurannya masih keras dan sulit untuk dicerna. Namun, sensasi menikmati pecel sunggi memang sungguh berbeda. Kalau di Jakarta, penjual pecel sunggi sering menambahkan gorengan bakwan di atas sayuran, sebelum disiram bumbu. Nah, penyajian model begini juga salah satu favorit saya.
-------------------
Di seputaran Ciputat ada sebuah warung Pecel Madiun yang
cukup terkenal, namanya “Warung Pecel Kembang Turi”. Sebagai warung khas masakan
Jawa Timuran, menu utamanya memang sego pecel dan sego rawon. Namun, tetap sego
pecel yang jadi andalan. Suami dan kakak saya, termasuk pelanggan setianya.
Awalnya, warung ini masih berupa tenda
kaki lima, yang hanya buka di pagi hari. Namun seiring semakin dikenal
masyarakat, kini sudah menempati ruko tempat mereka dulu menumpang
berjualan di depannya. Sebuah kemajuan pesat. Sayang sang Bapak yang merintis berdirinya
warung sego pecel ini, dikabarkan telah meninggal dunia.
-------------------
Jaman saya kecil, dekat rumah ada penjual pecel dengan bumbu
diuleg. Orang sini menyebutnya lotek. Sering rancu memang, istilah lotek dengan
gado-gado. Seharusnya, gado-gado itu adalah sepiring sayuran rebus ditambah
potongan tahu-tempe-kentang dengan bumbu kacang yang disiram. Beda tipis dengan
pecel, walaupun sama-sama terdiri dari sayur rebus, namun tanpa tambahan
tahu-tempe-kentang.
Waktu pertama kali hijrah ke Kota Hujan, saya sempat terpana
dengan penampilan gado-gadonya yang sungguh khas. Ada tambahan rebusan
wortel iris memanjang dalam campurannya. Memang terlihat jadi semakin meriah
dan menggoda.
Berbeda lagi dengan saat saya mencicipi pecel ala uni penjual
ketupat sayur yang asli Payakumbuh-Sumatera Barat. Pecal dan gado-gadonya akan
dihiasi remasan kerupuk merah yang mencolok, serta mie kuning basah. Nikmat
juga ternyata. Maklum, saya kan memang Pencinta Kuliner Nusantara ;)
-------------------
-------------------
Sedikit berbeda dengan pecel, nasib gado-gado sudah lebih dulu naik pangkat serta bisa dinikmati dalam
suasana nyaman sebuah restoran berbintang, sehingga berubah nama menjadi mixed vegetables with the peanut sauce dan
harganya bisa berkali lipat. Sungguh fantastis memang arti sebuah nama.
Hmm, Tetiba jadi teringat "Gado-gado Bonbin" dan Gado-gado Cemara yang terkenal itu.
-------------------
Hari ini saya panen raya, walaupun bukan dalam makna sebenarnya. Hanya sekedar berhasil memetik dua untai kacang panjang, berikut satu pot mungil kangkung nan kurus beserta lima lembar daun pepaya yang tumbuh di sebelahnya. Namun bagi saya, sensasi bisa panen dari kebun seluas 2 HA (baca: Halaman Aku) itu loh yang bikin ngangenin. Pengen panen lagi, lagi dan lagi.
Terus dibikin apa ya enaknya? So pasti, sepiring pecel
Madiun doonk! Buru-buru deh ke tukang sayur nyari bumbu pecel tak bermerk namun
lezat itu, plus sebungkus rempeyek kacang. Wuih kumplit deh. Mertua lewat, gak
bakal terlihat. :p
RaDal *140616'2338
#pecel
#segopecel
#pecelpincuk
#pecelmadiun
#wisatakuliner
#kulinerjawatimuran
#odoa-1
2 komentar:
Waaah...jadi pengen sego pecel pincuk-nya. Saya sering makan ini waktu ke rumah simbah di Walikukun, Mbak. Uenaaknya tiada tara ya...hi..hi..yang membedakan dengan produk sini, yaitu kembang turi-nya.
Duh..kok jadi pengen ke timur ya... :)
Tetanggaku dulu punya pohon turi, suka kupreteli kembanganya. Eh lama-lama tuh pohon mati, apa gak ikhlas ngasihnya yaa? hiks... :(
Posting Komentar