RSS

Baity Jannaty

BAITI JANNATI, Rumahku Surgaku.
Kalimat itu terngiang selalu saat saya harus melakukan penentuan lokasi rumah yang akan kami tempati.
----------------
Semuanya serba mendadak dan seolah tanpa persiapan matang. Saat itu, beberapa bulan setelah kepergian Ayahanda tercinta untuk selamanya, saya dicerca sebuah tanya oleh Maminda "Kalo kamu punya uang, mau buat apa?"

Mendengar pertanyaan Beliau, saya hanya mampu terdiam.

"Belilah rumah!", titahnya tak dapat dielak. Aku faham, Beliau tentu prihatin melihat keluarga muda Bungsunya ini masih tak memiliki tempat tinggal. Kebetulan harta waris dari Ayah siap dibagi.

Sejak hari itu, saya dan Paksu mulai berburu rumah idaman. Berbagai lokasi perumahan didatangi. Mulai dari pinggiran kota, hingga Jakarta coret.  Akhirnya saya pasrah dan bertanya pada Paksu setelah hampir sebulan mencari, namun belum jua bertemu.

"Apa gak ada rumah mungil berhalaman cukup luas yang harganya di bawah 200juta?"

Angan saya tentang rumah idaman hanya satu. Aman dan nyaman. Tapiii, kriteria dua kata ini sebenernya cukup ribet. Lihat aja penjelasan di bawah ini...

Lokasi kudu tinggi, jauh dari aliran sungai. Saya tak ingin pengalaman kakak yang sekarang rumahnya selalu terendam air yang numpang lewat, akan kami alami. Padahal dahulunya asri di pinggir jalur irigasi.

Selain itu, bangunan harus berdiri di atas tanah kebon bukan bekas sawah. Sehingga struktur bangunan kokoh dan air sumur tidak bau lumpur.

Kedua, posisi tanah harus di hook, sehingga akan ada kelebihan tanah yang bisa dijadikan taman atau perluasan rumah suatu saat kelak jika dibutuhkan.

Kriteria ketiga  tapi utama adalah, rumah kami harus dekat mesjid atau musholla. Kami ingin hari-hari kami dekat dengan aura agama. Minimal, bisa melaksanakan sholat lima waktu berjama'ah, tanpa harus berjalan jauh. Selain itu, bukankah Rasul juga mengajarkan umatnya agar memilih lingkungan yang baik untuk tempat tinggalnya?

Keempat dan yang tak kalah penting, akses ke rumah kami harus dapat dijangkau kendaraan umum 24jam, alias bukan terletak di pelosok nan sepi tanpa penghuni di jalanan kanan-kiri.

Ternyata, Maminda punya kriteria lain. Kami harus tinggal di perumahan, bukan di kampung pinggiran! Beliau tak ingin cucunya terpapar bahasa yang tak layak didengar.
----------------
Setelah berburu ke sana ke mari, akhirnya setengah terpaksa kami memutuskan melakukan akad pembelian sebuah rumah di seputaran Limo, Cinere. Dua dari empat kriteria dimiliki oleh rumah yang kami incar, harganyapun masih dalam jangkauan.

Namun seiring berjalannya waktu, ternyata kami tak pernah mendapat progres yang berarti. Sebulan telah berlalu, tak ada tanda-tanda rumah kami akan didirikan.

Hingga suatu ketika secara tak sengaja saya melihat promosi sebuah perumahan di bilangan Sawangan. Saya sangat tertarik dan mengajak Paksu untuk mengunjungi lokasi.

Saat pertama kali melihat rumah itu, sayapun langsung jatuh cinta. Letaknya di hook, ujung belakang sebuah kompleks perumahan mungil. Berdiri sendiri dan lokasinya paling tinggi. Asyiknya, di belakang rumah terhampar padang rumput seluas 9 hole. Ya, itu adalah lapangan golf tua yang sudah jarang dikunjungi. Akses kendaraan umum 24 jam, maklum kompleks kami terletak hanya 700m dari jalan raya Ciputat-Parung.

Sayapun sujud syukur. Inilah rumah idaman kami! Tak butuh waktu lama, kamipun memutuskan untuk segera memilikinya. Apalagi setelah ditelusuri, saya menemukan sekolah untuk anak-anak yang letaknya cukup dekat dan sesuai dengan kriteria saya tentang sebuah sekolah (nahlo, apalagi nih kriterianya.. hahaha).

Tapi, bukankah kami sudah tak memiliki cukup dana untuk membayar DPnya? Untung Maminda bersedia membantu, Beliau ikhlas meminjamkan dana, hingga DP dari perumahan yang di Limo cair.
-----------
Tak sampai dua bulan, kami sudah menempati rumah idaman. Penuh sukacita, saya tata rumah baru kami sesuai selera dan Mamindapun sempat terpana. Tak menyangka Bungsunya yang manja mampu mengatur rumah mungil dengan taman indah di sekelilinginya...

*bersambung

#OneDayOnePost
#OneDayOneArticle
#KelasLiterasiIbuProfesional
#H_1

0 komentar:

Posting Komentar