
“Bo…boleh gak aku pinjem
catatanmu?”, pintanya seraya menghampiri.
Saat itu aku sedang berkemas-kemas pulang setelah bel berdentang tanda
jam pelajaran usai.
“Boleh, tapi apa kamu bisa baca
tulisanku?”, candaku
“Y...yaa… ka..kalo gi..gi..gitu,
sekalian de…dengan kamusnya de..deh…”, ucapnya tergagap
“Ah, aku becanda koq… Nih ambil,
tapi jangan diilangin yaa… ini barang langka, gak ada catatan sekomplit punyaku
loo”, selorohku.
“Ju…justru itu, aku jadi pengen
pi…pinjem ca..catatanmu”, kilahnya sambil tersenyum. Ah senyuman termanis dari seseorang yang
selama ini kukagumi diam-diam.
Duapuluh lima tahun kemudian, di
saat kami berdiskusi di YM, masalah kegagapannya itu sempat terlontar secara
tak sengaja.