“Tumben gak pake lam lekum”,
tegurnya.
“Assalaamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuuh wak hajiii…”, sapaku kembali
“Wa’alaikum salam warahmatullahi
wa barakatuh, apa kabar??”, jawabnya seraya membalas salamku
“Bi khoir wal hamdulillah, berkat
do’a akhy juga”, balasku berbunga-bunga.
Itulah kebiasaannya setiap kami
memulai sebuah perbincangan, selalu menanyakan kabarku, entah hanya sekedar
basa basi yang sudah basi atau memang dia cukup peduli dengan keadaanku,
entahlah hanya dia dan Allah lah yang tahu jawabnya.
Setelah curhat-curhatan kami
tentang cinta anak monyet masa lalu kami kemarin, kini kami merasa jauh lebih
nyaman berbincang-bincang. Dia terkadang melontarkan joke-joke yang sungguh tak
pernah kusangka, ternyata dia pintar melucu juga. Dalam pandanganku selama ini, dia adalah
sosok alim yang selalu berusaha jaim alias jaga image. Namun ternyata…
“Afwan (maaf) akhy, aplikasi pengajuan beasiswanya lagi diproses, do’akan
aja dimudahkan urusannya”, ujarku memulai percakapan.
Memang, kini aku memanggil dia
akhy alias saudara laki-laki seiman, sesuai kesepakatan terakhir kami. Toh cerita lama kami takkan pernah terulang,
namun dia dapat tetap menjadi teman diskusi yang sangat menyenangkan, sebab
terkadang ide-ide dan jawaban-jawaban yang diberikannya selalu berbeda karena
diambil berdasarkan sudut pandang yang berbeda, bahkan seringkali merupakan
jawaban yang tak terduga.
“Aamiin”, jawabnya ringkas.
“Aku boleh nanya?, timpalnya
lagi.
“Yup! Boleh! Aya naon deuy?”,
sambarku
“Kamu punya informasi pengajuan
beasiswa full ke jepang?”, tulisnya
“Wadow… kalo itu aku hanya punya
no kontaknya aja, coba cari infonya di summitmas”, balasku
“Eh, tapi tunggu dulu, keqnya aku
pernah dapet info dari Deddy, temen kita yang di Jepang, ntar kukirimin ke kamu
deh”, janjiku
“Ok…jazakillah ya, ditunggu
infonya”, balasnya
“Buat siapa?? Bukannya anakmu
sudah lulus SMA??”, kejarku
“Buat anakku yang di pesantren,
dia masih kelas 3, insya Allah tahun depan lulus. Tolong do’akan semoga dia
dapat full beasiswa untuk kuliahnya
yaa..”, pintanya
“Aamiin. Gak sekalian info beasiswa ke amrik, europ,
atau aussie?”, balasku
“Gak ah. Nanti susah njenguknya, gak bisa naek
angkot”, candanya
“Ya, berenang ajah! Bisa renang
gak??”, timpalku
“Bisa, pake ban kalo enggak
getek”, imbuhnya pula
“Hahaha…bisa’an aja kamu,
ternyata kamu punya bakat ngelawak yaa..”, ujarku
“Iya, hanya sayang banyak yang gak
tau. Coba kalo pada tau, bisa-bisa aku
gak jadi konsultan dan kamu gak bisa nyuruh-nyuruh aku, kan aku kongkonane
sultan…”, ledeknya
Aah…Pramudya…Pramudya…
“Udahan yaa…aku lagi nggoreng
pisang nih, ntar gosong, tadi istriku pesan katanya “Leee…nggoreng pisangnya
jangan disamain kulit ya. Salam”, pamitnya.
Hah?? Aku sampe bengong. Seorang
konsultan sebuah lembaga keuangan ternama, masih mau menggorengkan pisang untuk
putri bungsunya. Benar-benar bapak
rumahtangga yang baik.
Kala yang lain dia pernah pamit
padaku gini:
“Udahan dulu, aku harus ngepel nih, lagi gak ada
assisten. Salam”
Cara pamit yang aneh….
Depok-11'11'11
0 komentar:
Posting Komentar