![]() |
Illustrasi, http://muslimafiyah.com/
|
“Ya Allah, jadikanlah aku sebagai jalan bagi
kedua orangtuaku untuk memasuki surgaMu”
Do’a sederhana namun sarat makna itu, terlontar dari bibir
seorang pengusaha muda yang memiliki lima perusahaan, mulai skala kecil hingga
menengah, mulai dari usaha tempat terapi bagi anak berkebutuhan khusus, hingga
pabrik karet dan perkebunan sayur mayur kualitas eksport.
Baginya tiada hari tanpa bertandang ke rumah orangtuanya. Setiap pagi, sebelum ke kantor, sang Pengusaha Muda selalu menyempatkan diri sarapan dan menyapa ayah-ibunya. Walaupun hanya sempat sesaat bercengkrama, tentu itu moment yang sangat berarti bagi mereka. Tradisi yang sudah dilakukan bertahun-tahun ini, tak lepas dari didikan orangtuanya, bahwa ridho Allah berada di dalam ridho Orangtua.
Prinsip yang selalu dipegang si Pengusaha Muda itu, “Tidak ada
kesuksesan tanpa restu orangtua, terutama Ibu”. Baginya, Ibu selalu menempati
urutan pertama dan utama, sebagaimana sabda Rasulullah saw, yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra.:
“Seseorang
datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: Siapakah manusia yang paling
berhak untuk aku pergauli dengan baik? Rasulullah saw. menjawab: Ibumu. Dia
bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian ibumu. Dia
bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian ibumu. Dia
bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab lagi: Kemudian ayahmu.”
(Shahih Muslim No.4621)
Nah teman, bagi siapa yang ingin berhasil dalam hidupnya, maka
hormatilah ibunya, terutama ketika mereka semakin menua dalam pemeliharaan
kita. Ingat, Allah pernah berfirman:
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Israa: 23)
Berat memang, namun ingatlah betapa Ibu telah ikhlas
berkorban selama sembilan bulan penuh membawa kita kemanapun beliau pergi.
Betapa selama dua tahun setengah, air susunya telah memenuhi dahaga dan lapar
kita. Betapa waktu, tenaga, pikiran dan perhatiannya tercurah, hanya untuk memenuhi
semua kebutuhan kita.
Setelah dewasa dan menjadi “orang besar”, seringkali
kita lupa, bahkan terkadang walaupun tanpa sengaja, menghardiknya, hanya karena
dikejar urusan lain yang dirasa lebih penting. Tak tahukah kita, bagaimana
robeknya perasaan Ibunda?
Bukan balasan materi yang mereka cari dan bukan
perhatian penuh yang dituju. Namun, hanya do’a dan pengharapan, supaya anak
keturunannya kelak, tetap ingat dan mendo’akan, hingga mudah baginya jalan
menuju surgaNya.
“Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama
rabbayani shaghiran”
“Ya Tuhanku,
ampunilah dosaku dan dosa ayah serta ibuku, kasihanilah mereka sebagaimana
kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil”.
RaDal, 24’06’14 (22.58)
0 komentar:
Posting Komentar