RSS

MUSEUM ANGKUT KOTA BATU.. Tak Cukup Jika Hanya Sekali!!! #Ngebolang ala Turis Kere-part-7

Kamis (6 Agustus 2015)
Sie..sie...
Sesampai di rumah, aku langsung mencuci seluruh pakaian kami yang penuh debu halus dari gunung Bromo. Semoga pagi sudah kering dan siap untuk dipacking ke dalam koper. Kunjungan kami di Jawa Timur hampir berakhir, sehingga sisa rencana liburan dilakukan maraton. Esok tujuan kami ke Malang, untuk selanjutnya menginap di kota Batu. 

BROMO... WE’RE COMING-2!!! #Ngebolang ala Turis Kere-part-6

Rabu, 5 Agustus 2015

Bromo dipandang dari halaman Hotel Lava View
Usai mandi pagi, kami sarapan dengan menu yang mengingatkan pada masakan ibuku berupa sop sayuran, telur dadar berisikan irisan bawang merah dan daun bawang serta tempe goreng, dilengkapi secangkir teh hangat manis. Benar-benar menjadi bekal penuh nutrisi bagi kami untuk memulai petualangan menjelajahi Kawah Bromo.

BROMO... WE’RE COMING-1!!! #Ngebolang ala Turis Kere-part-5

Selasa, 4 Agustus 2015

Alhamdulillah...akhirnya nyampe juga di Kawah Bromo
Bromo...  Sudah lama sekali aku berkeinginan mengunjungi salah satu destinasi  indah di kabupaten Pasuruan ini. Rasa penasaran yang memuncak, akhirnya membawa kami ke sana. Beruntung salah seorang sepupu si Mas, ikhlas meminjamkan mobil Espass’nya.

Usai perhelatan Ngunduh Mantu iparku Joko Santoso, esok paginya kami bergegas menuju kota Probolinggo. Aku memilih menuju Bromo melalui Probolinggo, konon kabarnya jalur ke sana lebih landai dan lebih aman, mengingat kami menggunakan kendaraan pinjaman. Kebetulan, ada sepupu dari garis Ibuku bermukim di sana, jadi kami bisa istirahat sejenak sekalian bersilaturahim.

MONKASEL, KAPAL SELAM NYASAR DI TENGAH KOTA #Ngebolang ala Turis Kere-part-4

Surabaya (Kamis, 30 Juli 2015)


Monkasel darn Kali Mas nan resik
Setelah bertanya rute serta kendaraan yang harus dinaiki untuk menuju destinasi berikutnya, yaitu  Monkasel (Monumen Kapal Selam), kamipun segera menyebrangi jalan siap mencegat line (istilah untuk angkutan kota di Surabaya) warna putih dengan nomer rute 1. Tarifnya Rp 3.000,00 per orang untuk jarak dekat.

Sepanjang jalan, aku terpana menyaksikan betapa bersihnya jalanan dan sungai yang membelah kota Surabaya. Ketegasan Sang Walikota Surabaya yang terkenal senang turba terjun langsung menangani permasalahan di kotanya  itu membuatku menjadi salah seorang pengagum beliau.

TUGU PAHLAWAN, Destinasi yang Nyaris Terlupakan... #Ngebolang ala Turis Kere-part-3

SURABAYA (Kamis, 30 Juli 2015)

Beruntung pagi itu Haqi dan Pia sangat mudah dibangunkan, mandi, sholat subuh dan langsung siap-siap menuju Porong. Kami hanya berbekal sebotol air minum dan beberapa potong roti, sisa semalam.

Waktu merangkak perlahan, namun kendaraan yang kami tunggu tak kunjung tiba. Akhirnya, akupun memutuskan naik bus jurusan Malang-Surabaya.

Seiring keberangkatanku, di rumah rupanya terjadi kehebohan.  Mamad, adik iparku ternyata memperhatikan keberangkatan kami  dan langsung menemui istrinya saat tahu aku menumpang bus antar kota. Rupanya dia khawatir aku tersesat di Surabaya, sebab rencana semula aku naik colt elf menuju Porong, untuk selanjutnya berpindah naik komuter arah Surabaya.

NGEBOLANG ALA TURIS KERE, part-2 #SILATURAHIM..SILATURAHIM...

PALANG (Rabu, 29 Juli 2015)

Brrrrr... dingin udara pagi begitu menusuk hingga gigipun gemerutuk. Perlahan konvoi empat motor yang baru saja menjemput kami, meninggalkan Stasiun Lawang. Kulirik layar hape sejenak, waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Jalanan begitu sunyi, hanya sesekali melintas bus, truk, colt dan beberapa sepeda motor membawa sayuran dari Pasar Lawang. Ya, Pasar Lawang merupakan salah satu pusat kulakan di daerah pinggiran Kabupaten Malang. Ramai suasana pasar, namun tidak di jalanan.

Tak sampai setengah jam, kamipun telah menginjakkan kaki di sebuah rumah mungil bercat biru. Tak banyak yang berubah dari rumah ini, rumah warisan mertuaku yang kini ditempati adik bungsu beserta keluarganya.

NGEBOLANG ALA TURIS KERE, part-1

SELASA-RABU, 28-29 Juli 2015 (ST. PSR SENEN - ST. LAWANG)

Sepagian ini aku sibuk berkemas, membereskan rumah dan menyiapkan bekal perjalanan semalaman. Jarum jam terasa berdetak amat cepat. Koper belum selesai dibenahi, masakan harus segera diolah, sementara rumahpun masih berantakan bak kapal pecah. Kecepatan berkemas semakin ditingkatkan.

Tepat pukul sepuluh tigapuluh pagi, sebuah koper besar, dua koper sedang, dua tas ransel yang satu penuh amunisi konsumsi selama perjalanan, serta sebuah tas ungu berisikan tiga pasang sepatu sepatu, telah berjejer rapi menunggu tindakan eksekusi selanjutnya.

Tak lama kemudian, sebuah taksi putih yang tergabung dalam GrabTaxi , memasuki gang sempit depan rumah Uti. Ah, jaman semakin canggih. Memesan taxipun kini tak perlu angkat telepon dan menghabiskan pulsa, cukup melalui koneksi internet saja, dalam waktu relatif singkat, taxi dalam posisi terdekat akan segera menghampiri.