Salah seorang teman Melia, Hafidz namanya, adalah seorang
atlet sepatu roda. Suatu hari, Ayah Hafidz menawarkan Melia untuk belajar
sepatu roda. Melia antusias sekali dan langsung cerita ke Ayah soal
keinginannya belajar sepatu roda dan tawaran Ayah Hafidz tersebut.
Ternyata Ayah Hafidz bukan hanya menawarkan Melia untuk
belajar sepatu roda, beliau menghadiahi Melia sepasang sepatu roda lengkap
dengan pelindung tubuhnya, meski tanpa helm. Ayah Hafidz berpesan, beli saja
helm pesepeda yang banyak dijual di toko.
Melia tahu, Ayah tak punya cukup uang untuk membeli helm
pesepeda yang harganya lumayan mahal itu. Namun, melihat keinginan Melia untuk belajar sepatu
roda yang sangat tinggi, sore itu Ayah mengajak Melia ke pusat pertokoan untuk
memilih helm yang dibutuhkan. Akhirnya, diperoleh sebentuk helm dengan harga yang
cukup menguras dompet ayah. Dalam hati Melia berjanji untuk bersungguh-sungguh
belajar sepatu roda. Melia tidak ingin mengecewakan Ayah yang telah berkorban
banyak untuk dirinya.