RSS

"S.I.S.I.R"


“Ini lagi ngomongin apa seeh?? Masak ngomongin hal remeh semacam “sisir..” 

“Iya…eS iI eS iI eR…SISIR!!”.  Hallooo….kurang kerjaan amat yak??”


Tentu itu hal pertama yang terlintas di benak, kala membaca judul obrolan kita kali ini.

Eits…jangan apriori dulu. Ide cerita ini kudapatkan tiba-tiba kala melihat seorang bapak paruh baya menyisir rambutnya di tengah antrian pasien di rumahsakit.


Tidak ada yang istimewa dengan sang bapak, juga dengan sisirnya. Namun dari ketidak istimewaan itulah, tiba-tiba aku teringat dengan ayahku. Yaa…gaya ayah kala bersisir dan jenis sisir yang digunakan.  Tidak pernah berubah dari semenjak ku kecil hingga kini ku sudah mempunyai anak kecil.

Gerakan menyisir dari arah depan ke belakang dengan tangan kanan yang diikuti tangan kiri untuk merapikannya. Demikian berulang-ulang dilakukan, hingga akhirnya dirasakan sisiran rambutnya telah rapih.

Dahulu ayah selalu menggunakan minyak rambut dengan merk yang terkenal kala bersisir di pagi hari… hmmm…wangi khasnya tiba-tiba terbayang di benakku.


Sisir kecil berwarna hitam, terkadang juga berwarna hijau tua atau coklat tua, tetapi lebih sering  ya si hitam itu, selalu menemani kemanapun ayah pergi.  Obat ganteng istilah anak sekarang.

PRAMUDYA...part 4


Pramudya, kala kukenal pertama kali, adalah sosok pendiam berkacamata, hitam manis dan jika berbicara agak gagap.


“Bo…boleh gak aku pinjem catatanmu?”, pintanya seraya menghampiri.  Saat itu aku sedang berkemas-kemas pulang setelah bel berdentang tanda jam pelajaran usai.

“Boleh, tapi apa kamu bisa baca tulisanku?”, candaku


“Y...yaa… ka..kalo gi..gi..gitu, sekalian de…dengan kamusnya de..deh…”, ucapnya tergagap


“Ah, aku becanda koq… Nih ambil, tapi jangan diilangin yaa… ini barang langka, gak ada catatan sekomplit punyaku loo”, selorohku.


“Ju…justru itu, aku jadi pengen pi…pinjem ca..catatanmu”, kilahnya sambil tersenyum.  Ah senyuman termanis dari seseorang yang selama ini kukagumi diam-diam.


Duapuluh lima tahun kemudian, di saat kami berdiskusi di YM, masalah kegagapannya itu sempat terlontar secara tak sengaja.

PRAMUDYA...part 3


“AWW…”, kursor di layarku berkedip-kedip.  Kirim gak yaa?? Pikirku ragu.  Ah, biarin deh, ada yang lagi pengen kutanyain, debat batinku, kala kulihat statusnya  online di Blackberry Mesengger.


“Apa tuh AWW?”, balasnya tak lama kemudian.

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh, pa kabar akhy?”, timpalku cepat


“Bi khoir wal hamdulillah bi rahmatillah.  Nah gitu dong, kalo nyapa seseorang harus lengkap, jangan disingkat, karena itu merupakan do’a”, balasnya


Subhanallah…selalu jawabannya terkadang membuatku tergagap.


“Ada yang mau ditanya, boleh?”, pintaku memelas


“Boleh”, jawabnya ringkas

PRAMUDYA...part 2


“Pageee…”, sapaku di yahoo messenger, kala kulihat dia online

“Tumben gak pake lam lekum”, tegurnya.

“Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuuh wak hajiii…”, sapaku kembali

“Wa’alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh, apa kabar??”, jawabnya seraya membalas salamku

“Bi khoir wal hamdulillah, berkat do’a akhy juga”, balasku berbunga-bunga. 

Itulah kebiasaannya setiap kami memulai sebuah perbincangan, selalu menanyakan kabarku, entah hanya sekedar basa basi yang sudah basi atau memang dia cukup peduli dengan keadaanku, entahlah hanya dia dan Allah lah yang tahu jawabnya.

PRAMUDYA...part 1


“Sudah terima emailku??”

Tiba-tiba BB-ku menampilkan pesan singkatnya. “Hah, tumben dia BBM aku…ada apa gerangan?”, pikirku sepintas, sebelum akhirnya kubalas BBM-nya “Lom sempet. Aya naon??”

“Pengajuan aplikasi beasiswa buat mahasiswa UGM, anaknya penjual martabak”, balasnya.

“Ok. Insya Allah, ntar kulihat”, tulisku dan langsung ku pencet tombol enter…

“Tolong usahakan disetujui yaa…”, pintanya kembali

“Iya, sabar…do’akan saja si anak memenuhi syarat pengajuan beasiswa.  Lagian kamu ngajuinnya mahasiswa sih, kemaren kan aku bilang buat anak SD/SMP”, timpalku

“Yah…namanya juga usaha ”, balasnya.

Aaah…percakapan yang sangat singkat, namun sempat menggetarkan hatiku walaupun isinya serba formal.  Yaa…dialah my firstlove berpuluh-puluh tahun yang lalu dan karena kecanggihan teknologilah, yang mempertemukan kami kembali.

"Nandaku, Amir tersayang..."



Nandaku, Amir tersayang...

Ketika kemarin dirimu mendatangiku sambil memegang sepucuk surat, betapa kala itu hatiku bergetar haru...

Surat itu berisikan pengumuman kelulusanmu dari sekolah menengah pertama, tempat dirimu telah menimba ilmu tiga tahun ini. Tak diyana dan tak diduga, segala puji tercurah bagi Sang Pemilik Kuasa, nandaku Amir mampu mengalahkan ratusan teman-temannya yang normal dengan meraih nilai Ujian Nasional tertinggi di sekolahnya dan Nilai Akhir kedua, yang hanya berselisih angka 0,05 dengan sang jawara. 

Subhanallah nak...tiada kata yang sanggup ummi mu lantunkan, selain ungkapan syukur dan haru, betapa usaha kerasmu selama ini tidak sia-sia. Maafkan ummi yang selama ini selalu cerewet menegur dan mengingatkanmu, kala ummi melihat dirimu bersantai santai sambil asyik tenggelam di dunia maya. Maafkan pula ummi, kala harus menghukummu dengan menyita hpmu selama seminggu, karena ummi cemas dirimu tak mampu berkonsentrasi penuh pada materi yang diujikan di UN...

Dan kini, semua jerih payahmu telah dituai... Bersujud syukurlah nak, kepada Ilahi Robbi, yang telah memberikan lebih banyak kelebihan dibalik segala kekurangan yang kamu miliki....

KOMUTER

Kemaren sore jelang magrib saya diajak temen pulang kantor naek KRL (kereta listrik) ekonomi ac dari stasiun dukuh atas ke stasiun depok baru. Wuih seru juga, karena baru kali ini saya merasakan nikmatnya gerbong khusus wanita yang ternyata dijaga oleh 2 pria...dan baru kali ini pula saya merasakan aura para wanita pekerja yang tergesa-gesa pulang ke rumah tuk bertemu dengan suami & anak2 tercintanya (maklum saya kan prt yang berstatus irt...biasa hidup santai...hehehe).

Wah, ternyata seru juga ikut berlari lari mengejar KRL yang ternyata datang tepat waktu (tepat waktu saya nyampe stasiun maksudnya..hehehe). Gak nyampe lima menit sejak kami turun bis, kami telah berganti moda transportasi dari dari kopaja P19 ke KRL ekonomi AC yang lumayan nyaman, palagi di gerbong khusus wanita yang baru diluncurkan 2 bulan lalu.

Kebetulan KRL yang kami tumpangi menuju tanah abang terlebih dulu, sehingga kami masih kebagian tempat duduk. Yang menarik, ternyata banyak penumpang yang gak kebagian tempat duduk, memilih tuk duduk menggunakan bangku lipat kecil yang dapat dibeli di luar stasiun (jenius!! daripada capek berdiri...hayoo...). Di sini kan berlaku hukum rimba, siapa cepat, dia dapat! Heh!

PENGAMEN


Hup...alhamdulillah...akhirnya berhasil juga aku menaiki dan duduk dengan maniesnya di bis metromini yang kan membawaku pulang. Rasa kantuk dan pusing yang mendera sedari tadi, tiba2 semakin menjadi setelah kusadari ternyata di dalam bis tengah berlangsung "konser tunggal" seorang pengamen jalanan yang asyik melantunkan sebuah tembang.

Hmm... rasa2nya aku kenal syair2nya, namun tentang apa ya?? Begitu gumamku dalam hati. Semakin kusimak baik2, sambil kuperhatikan gaya si pengamen.... Astaghfirullah ternyata tuh pengamen mendendangkan sifat2 Allah sambil bergaya seperti orang kesurupan. Kepala ditelengkan kiri-kanan, sambil diputar putar gak keru-keruan, tangan naik turun memainkan kecrekan dari tutup2 botol minuman ringan yang dipaku ke sebuah kayu bulat panjang. "Wujud, qidam, baqa....", si pengamen, seorang pria paruh baya, melantun dengan penuh keyakinan dan akupun semakin merasa gerah, menyaksikan dia berdendang seperti kesurupan.