RSS

"Nandaku, Amir tersayang..."



Nandaku, Amir tersayang...

Ketika kemarin dirimu mendatangiku sambil memegang sepucuk surat, betapa kala itu hatiku bergetar haru...

Surat itu berisikan pengumuman kelulusanmu dari sekolah menengah pertama, tempat dirimu telah menimba ilmu tiga tahun ini. Tak diyana dan tak diduga, segala puji tercurah bagi Sang Pemilik Kuasa, nandaku Amir mampu mengalahkan ratusan teman-temannya yang normal dengan meraih nilai Ujian Nasional tertinggi di sekolahnya dan Nilai Akhir kedua, yang hanya berselisih angka 0,05 dengan sang jawara. 

Subhanallah nak...tiada kata yang sanggup ummi mu lantunkan, selain ungkapan syukur dan haru, betapa usaha kerasmu selama ini tidak sia-sia. Maafkan ummi yang selama ini selalu cerewet menegur dan mengingatkanmu, kala ummi melihat dirimu bersantai santai sambil asyik tenggelam di dunia maya. Maafkan pula ummi, kala harus menghukummu dengan menyita hpmu selama seminggu, karena ummi cemas dirimu tak mampu berkonsentrasi penuh pada materi yang diujikan di UN...

Dan kini, semua jerih payahmu telah dituai... Bersujud syukurlah nak, kepada Ilahi Robbi, yang telah memberikan lebih banyak kelebihan dibalik segala kekurangan yang kamu miliki....

Kala itu, di pagi hari kita bersuka, kerna berita gembira. Namun, tepat jam 12 siang, abi membuka website smk idamanmu dan di sana tak tertera namamu... Sayang, betapa hati ummi teriris pilu, ternyata harapan ummi selama ini tuk menyekolahkanmu di sekolah kejuruan terbaik di jakarta tak dapat menjadi nyata.

Maafkan ummi sayang, kalau harapan ummi melambung terlalu tinggi...

Kini, ummi mulai menata hati. Seharian ummi berkeliling, berusaha mencari info sekolah favorit lain. Namun, semua menyatakan "maaf bu, proses penerimaan murid baru telah usai!" Deg!!! Beraaaat sekali rasanya beban ini. Amir, anakku lulusan terbaik di sekolahnya, tak mampu menembus sekolah unggulan baik negeri maupun swasta. Apa yang salah dengannya?? What wrong?? Rasanya batinku sulit tuk menerima.

Saat Ashar, kurenungi kembali "Barangkali, inilah takdir terbaik yang telah Allah beri. Nandaku Amir  yang tercinta sebaiknya kembali bersekolah di tempat yang telah membesarkannya tiga tahun terakhir ini. Kuyakin, di tempat ini dia akan diterima sepenuh hati, dengan tangan sangat terbuka, tanpa perlu test-test an segala rupa."

Di sini, nandaku Amir telah dikenal oleh seluruh civitas academika sebagai seorang anak jenius, sangat gila IT (terkadang menjadi tempat para guru dan teman-temannya minta tolong komputer mereka diperbaiki), dengan prestasi cukup menonjol dan akhlak yang tak tercela. Insya Allah...

Pernah wali kelasnya curhat begini "Bu, saya suka bingung kalau mau memberikan hukuman kepada Amir. Disuruh menghafal qur'an, ternyata dia hafidz, disuruh membuat tulisan, dia sangat piawai, dituntut tuk mengerjakan soal-soal, bisa selesai.  Akhirnya, dia tidak jadi dihukum".

Padahal di rumah, aku suka mengeluh akan kelakuannya yang super duper santai, lelet dan cenderung tidak peduli dengan keadaan sekeliling. Lihat saja kala dia mandi, wuih... satu jam takkan cukup, entah apa yang dikerjakannya di dalam sana. Yang jelas, lima hari sekali aku harus mengeluarkan satu batang sabun mandi.
Dengan hasil... kulit punggung tetap kering, muka tetap berminyak dan berjerawat. Lalu itu sabun diusap kemana?? Ooo...ternyata hanya diusap usap ke perut. Masya Allah naaaak...ingat donk...kamar mandi itu tempat favorit jin  dan setan bermarkas. Ingat kutipan do'a masuk kamar mandi?? "Aku berlindung kepada Allah dari jin laki-laki dan jin perempuan"!!!, 

Lho...lho...koq ummi jadi melenceng ke soal jin, setan dan sebangsanya ya?? Duh gimana sih??
Kembali ke lap..top!! :-D

Nandaku Amir tersayang, mulai kini dirimu harus sadar nak, bahwa kini kamu bukan anak-anak lagi!! Kamu sudah baligh!! Tahu artinya baligh kan?? Artinya sudah harus bertanggungjawab terhadap semua perbuatanmu sendiri, kerna kitabmu yang ada di kiri dan kanan telah mulai terisi. Malaikat Rakib-Atid yang menyertaimu setiap waktu, takkan pernah lalai mencatat setiap amal kebajikan dan keburukan yang dirimu lakukan, duhai anakku.

Dan arti berikutnya, mulai saat ini dirimu harus semakin serius mempersiapkan masa depanmu. Kerna, kelak kamu kan penjadi seorang pemimpin, seorang imam yang bertanggung jawab terhadap rakyatnya. 

Biarlah tak mengapa dirimu tak diterima di dua sekolah favorit idaman banyak teman temanmu sebaya, namun ummi yakin dirimu dapat berkembang lebih baik di komunitasmu kini. Berada di lingkungan yang sangat mengenal kelebihan dan kekuranganmu.

Kini ummipun menyadari, bahwa upaya ummi kurang maksimal tuk mendukung keberhasilanmu...  Itu rupanya kunci utama keberhasilan "anak-anak langit"...

Harapan ummi hanya satu, tiga tahun ke depan dirimu telah siap tuk mengembangkan sayap melanglang buana... Timbalah ilmu hingga jauh ke negeri seberang nandaku sayang... Rajutlah hari-harimu kelak di sana. Tugasmu kini, persiapkan diri tuk mendapatkan beasiswa, perdalam ilmu bahasa dan agama....

Do'a ummi kan selalu tercurah untukmu...
Goodluck just for you and always for you forever my young boy....
 






















0 komentar:

Posting Komentar