RSS

“NAMAKU RIZKI, SANG BURONAN CINTA!"

Namaku Rizki, Sang Buronan Cinta...

Kalian tentu tidak mengenalku, karena aku bukanlah siap-siapa. Aku bukanlah seorang public figure, bukan seorang politisi, apalagi seorang pangeran impian dari negeri antah berantah. Aku hanyalah seorang lelaki muda 18 tahun, yang terperangkap dalam tubuh setengah lumpuh dan seringkali mengalami kejang-kejang. Bicaraku terbata dan air liur selalu menetes dari mulutku yang terbuka.

Banyak orang memandang kasian padaku, namun tak sedikit ceweq senang berbincang denganku, karena aku ganteng, makanya aku menyebut diriku “Buronan Cinta”.

Meski secara fisik kemampuanku sangat terbatas, namun semangat hidup dan anganku tinggi menembus angkasa luas.

Semua berawal dari kejadian di kala usiaku menginjak tahun ke tujuh...
================

Ceritanya, aku pergi rekreasi ke Brastagi naik mobil bersama keluarga. Di sana aku naik kuda. Aku di depan, adikku di belakang, tetapi ada orang yang menuntun kudanya.

Di tengah jalan, adikku minta turun. Waktu kecil aku terkenal penakut, sehingga ketika adikku turun, secara spontan akupun melompat dari punggung kuda. Namun ternyata, kakiku tersangkut di pelana.

Kaget karena tindakan cerobohku, si kudapun berlari kencang dan tubuhku terpental-pental sejauh 4 meter.  Beruntung, sepatuku longgar, hingga akhirnya aku terjatuh ke tanah. Dari mulut dan semua lubang di kepalaku, mengalir darah segar.  Akupun muntah darah.

Selama dua bulan aku dalam kondisi koma, di sebuah rumahsakit di Singapura. Ketika mulai sadar, aku dibawa ke Malaysia dan selanjutnya dirawat secara intensif di Medan.

Hari-hari selanjutnya, kuhabiskan dengan melakukan sessi fisioterapi di rumah. Mbak Minar, dialah terapist yang setiap hari melatih fisikku supaya cepat pulih.

Ketika umurku sepuluh tahun, keluargaku pindah ke Jakarta. Di sini, aku bersekolah di Kitty Center, sebuah tempat terapist di bilangan Cilandak. Kemudian, aku melanjutkan terapiku di RS Fatmawati, bersama pak Pur, seorang terapist senior dan di Klinik Kena di Cipete.

Hari-hariku kuhabiskan dengan berbagai sessi terapi, semua kubetah-betahin, demi mencari kesembuhan dan cinta.
================

Aku menyebut diriku, “Buronan Cinta”, karena banyak ceweq-ceweq mengejarku dan aku adalah pencuri hati para gadis.  Mereka tergila-gila pada kegantenganku...

Pasya Ungu, adalah artis idolaku. Dia sosok inspirasiku dalam menciptakan lagu-lagu cinta. “Penghujung Cinta”, lagu yang dinyanyikan Pasya feat Adel dan “Kupinang Kau dengan Bismillah”, merupakan lagu-lagu favoritku.

Kalian tentu tidak percaya bahwa dibalik keterbatasanku, aku telah berhasil menciptakan 18 album lagu-lagu karanganku sendiri. Semua kunyanyikan dengan iringan piano dan kurekam dalam gadget andalanku. Di setiap album, ada 3 hingga 5 lagu cinta, lima di antaranya paling kusuka, yaitu:

·         My Darling
·         Jangan Tinggalkan (kisahnya, tentang seorang cowoq yang tidak mau ceweqnya meninggalkannya, karena masih sangat cinta)
·         Cinta Sepenuhnya
·         Kau yang Mengerti Hidupku
·         Ku Kan Jadi Yang Terbaik (bercerita tentang seorang cowoq yang berusaha menjadi yang terbaik bagi ceweqnya)

Memang, hampir semua lagu ciptaanku bertemakan cinta.  Bagiku, cinta itu tidak harus memiliki. Namun, kalau mau mencintai, harus mengerti arti cinta dulu. Sebab, cinta itu seperti nikmat Allah ke kita, sudah berapa banyak kenikmatan yang diberi, namun kita seringkali lupa dan Allah tidak pernah marah... Allah mencintai seluruh makhluk ciptaannya tanpa membeda-bedakan... Itulah makna cinta yang sebenarnya...
================

Ditulis ulang sesuai bincang-bincang dengan Rizki, Sang Buronan Cinta (Seorang pasien di Poli Rehab Medik RSUP Fatmawati – Jakarta Selatan)


...Nantikan kelanjutan kisahnya...

0 komentar:

Posting Komentar