RSS

"MARS (Mimpi Ananda Raih Semesta)

FILM REVIEW



Judul Film: "MARS (Mimpi Ananda Raih Semesta)
Produksi: Multi Buana Kreasindo
Pemain: 

  • Acha Septriasa (Sekar Dewasa)
  • Kinaryosih (Tupon, si Mbok)
  • Chelsea Riansy (Sekar kanak-kanak)
  • Cholidi Asadil (Ustad Ngali)
  • Teuku Rifnu Wikana (Surip, si Bapak)
  • Jajang C Noer (guru jutek)

Sutradara : Sahrul Gibran
Penulis Naskah : John De Rantau
--------------------

Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang ibu buta huruf yang tinggal di sebuah desa di Gunung Kidul yang terkenal miskin dan penduduknya percaya tahayul. Penuh perjuangan si Ibu berusaha keras mengantarkan anaknya (Sekar Palupi) meraih bintang paling terang, laksana planet Mars di malam gulita.
Sekar yang sempat mogok sekolah karena dibully dan akhirnya dikeluarkan dari sekolah elite di daerahnya. 
Sekar yang lebih memilih menemani Mbah Atmo membuat selongsong ketupat daripada bersekolah. 
Sekar yang gembira kala Bapak dan Si Mbok mengantarkannya ke sebuah sekolah baru yang lebih bersahabat. 
Sekar yang tak paham, kenapa Bapak tiba-tiba pergi meninggalkannya untuk selamanya. 
Sekar yang lebih memilih kuliah di Yogyakarta, daripada menikah dengan seorang Kiai Muda duda beranak satu. 
Sekar yang akhirnya mampu mewujudkan mimpi si Mbok meraih pendidikan tinggi, bahkan hingga keluar negeri melalui jalur beasiswa.
Sekar yang mendapatkan kesempatan berpidato di acara wisuda universitas bergengsi di Inggris, Oxford University karena lulus dengan predikat cum laude.
Sekar yang terpuruk saat mengetahui si Mbok telah tiada justru di saat ia ingin menunjukkan hasil jerih payahnya meraih mimpi menggapai mars. 
Sekar yang... 
--------------------
Begitu banyak kisah tentang Sekar, namun sesungguhnya film ini lebih berisikan perjuangan seorang ibu yang rela menjadikan kepala sebagai kaki dan kaki sebagai kepala, demi memperjuangkan pendidikan anak semata wayangnya. 

Pengorbanan si Mbok dimulai sejak terpaksa menjual dua ekor kambing dengan harga murah, mengalah tak makan demi anaknya mendapatkan gizi terbaik supaya pintar. 

Si Mbok yang harus menggendong Sekar yang kian besar dan mengayuh sepeda hingga belasan kilometer hanya untuk mengantar dan menjemput Sekar sekolah.
Si Mbok yang rela hujan-hujanan di malam gulita, demi mendapatkan sebatang pensil tuk ananda tercinta.
Si Mbok yang rajin menabung dan giat bekerja, mengumpulkan rupiah demi rupiah agar Sekar bisa sekolah dan merubah nasib mereka.
Si Mbok yang tiba-tiba menjadi tua sebelum waktunya dan penyakitan, akibat beban hidup yang sedemikian berat.
Si Mbok yang rela berjalan dengan kaki telanjang menembus aral melintang
Si Mbok yang rendah hati, namun kuat tekad menjadikan putri tercinta perempuan yang berpendidikan
Si Mbok yang akhirnya harus mengaku kalah melawan takdirnya, untuk tak menjumpai Sekar yang ingin mempersembahkan sebentuk ijazah Oxford University kebanggaannya.
Si Mbok yang telah mencapai MARS terlebih dahulu... (kata Sekar)
Si Mbok yang...
-----------
Film pendidikan besutan sutradara Sahrul Gibran ini, konon diangkat dari novel best seller Aishworo Ang dengan judul sama dan naskahnya ditulis oleh John De Rantau. Soundtrack lagu "Do'a untuk Ibu" yang dibawakan Ungu, mengalun syahdu di beberapa bagian film. 

Pemilihan Kinaryosih sebagai Tupon, si Mbok yang lugu dan bersahaja cukup menghidupkan jiwa film secara keseluruhan. Ditunjang dengan penampilan lusuh si Mbok, suasana rumah dan properti yang cukup teliti, menjadi nilai lebih film ini.

Akting aktris cilik Chelsea Riansy di awal film yang berperan sebagai Sekar kanak-kanak, memang tak terlalu mendapat sorotan publik. Padahal justru Chelsea'lah yang menghidupkan peran Sekar di awal cerita, Sikap keukeuhnya yang tidak mau sekolah, tangis sedihnya kala kehilangan Bapak dan protesnya kepada si Mbok yang memaksanya sekolah, cukup natural.

Pengambilan gambar sangat bagus. Terutama suasana desa yang diabadikan dari ketinggian, juga pengambilan gambar kala di London (Perpustakaan Bodleian Oxford -te,pat syuting Harry Potter-, Sheldonian Theater Oxford, serta beberapa tempat menarik di Inggris)

Namun, ada beberapa bagian yang agak mengganggu, yaitu jalan cerita yang tak mudah diterima logika. Betapa dalam tempo 10 tahun, si Mbok mendadak menjadi tua, renta dan penyakitan. Layaknya perempuan desa yang miskin, si Mbok tentulah menikah di usia belasan tahun. Apakah masuk akal jika dalam tempo 17 tahun si Mbok tiba-tiba berambut putih laksana nenek-nenek 60 tahun lebih? 

Lihat saja, cerita dimulai saat Sekar jelang 7 tahun. Kala itu si Mbok masih muda usia sekitar 20 tahunan. Namun, 10 tahun kemudian, saat Sekar tamat sekolah dan dilamar, si Mbok sudah berubah penampilan menjadi tua renta, padahal secara logika berarti rentang waktu kejadian hanyalah 17 tahun. 

Kejanggalan berikutnya, saat Sekar masih mahasiswa S1 ilmu astronomi. Dia dipercaya mewakili profesornya menyampaikan materi di forum yang terhormat. Apa mungkin, seorang mahasiswa S1 secerdas apapun ia, begitu dipercaya oleh seseorang yang baru dikenal untuk mewakili dirinya?

Kejanggalan terakhir yang cukup mengganggu, adalah ending cerita yang terasa dipaksakan. Sekar yang kebingungan mencari si Mbok, sepulangnya ia menuntut ilmu di London. Kemana saja Sekar selama ini, hingga tak berkirim kabar berita dengan si Mbok tercinta? 
-----------
Ah, apapun kelebihan dan kekurangan film ini, merupakan kehormatan besar bagi saya untuk dapat menyaksikan gala premiernya di sebuah gedung bioskop nan megah di kawasan Jakarta Selatan, bersama bapak Direktur Keluarga dan Pendidikan Anak Usia Dini, bapak Sukirman. 

Berkat Institut Ibu Profesional (IIP), kami beberapa pengurus IIP Jabodetabek mendapatkan kesempatan langka. Terimakasih IIP, terimakasih kemendiknas, terimakasih semua pihak yang telah mempersembahkan film pendidikan yang lumayanlah untuk menjadi tontonan keluarga. Semoga MARS mampu menyaingi kepoluleran AADC2 *hmmm, mungkin gak yaaa? :D

#reviewfilm
#resensifilm
#filmpendidikan
#alternatifhiburan





0 komentar:

Posting Komentar