Suatu siang terjadi dialog seru dan heboh di BBM emak-emak
gaul sebuah sekolah swasta:
Mulanya, seorang wali murid melontarkan sebuah pernyataan, lebih tepatnya pertanyaan:
A: "Ada iuran sampah, 50 ribu per anak di sekolah. Perlu
diskusi nih, menurutku itu terlalu mahal ngga?"
====================================
====================================
Kemudian ibu-ibu lain mulai menanggapi pertanyaan tersebut, ada yang tenang ada yang secara emosional...
B: "Mahal bunda” smua. Klau aq bilang.
C: "Itu sebulan 50rb? Mahal.."
A: "Ya sebaiknya kita rumuskan, kemudian kita usulkan, perwakilan dari klas 4"
D: "Itu sampah nya siapa? Informasi dri siapa? kayaknya Gªk ada sekolah manapun, Ў∂πƍ muridnya bayar sampah"
F: "Betul¸"̮ƗƗίƗƗίƗƗίί"̮.."
G: "Di perumahan kita aja iuran sampah cuman 35rb, itu juga sama buat keamanan"
A: "Aku dpt sms dari rumah, tetehku bilang ada tagihan sampah dari sekolah, 50 ribu, byr per bulan. Tolong cek info di anak kita masing2 ♈å媪 ..."
====================================
Namun, bukannya mereda, semakin lama, keadaan semakin memanas....
C:
"Emang tiap bulan sampah nya segunung APA? Dimana2 sekolahan ga ada bayar
sampah perbulan..baru sekarang kejadian.. Bener2 cari uang kalo gitu
caranya..PEMERASAN! Itu tanggung jawab yayasan..!"
E: "Lha, sampah anak2 emang apaan?? Kan bukan kayak rumahan yg 24 jam??"
A: "Bgm kalau ada yg mewakili kelas 4, tanya masalah ini, bgm lurusnya permasalahan?"
B: "Mang da ada surat pemberitahuan nya bunda" klau kita hrus bayar 50 rbu"
E: "Kalo udah spt ini harusnya komite sekolah yg turun tangan. Bukan komite kelas lg. Jd bertanya atas nama seluruh kelas. Kalo cuma atas nama kelas 4, ngga cukup kuat buat protes.
H: "Iuran sampah 50 rbu besok dimas bawa tong sampah sendiri dari rmh ntar pulangnya bawa lagi ke rmh. Komersil banget si yayasannya"
C: "EMOSI deh jadinya! Abdel jga aq suruh bawa plastik deh. Itu sekolah apa mall.. Jangan2 nanti ke wc jga bayar ni"
====================================
E: "Lha, sampah anak2 emang apaan?? Kan bukan kayak rumahan yg 24 jam??"
A: "Bgm kalau ada yg mewakili kelas 4, tanya masalah ini, bgm lurusnya permasalahan?"
B: "Mang da ada surat pemberitahuan nya bunda" klau kita hrus bayar 50 rbu"
E: "Kalo udah spt ini harusnya komite sekolah yg turun tangan. Bukan komite kelas lg. Jd bertanya atas nama seluruh kelas. Kalo cuma atas nama kelas 4, ngga cukup kuat buat protes.
H: "Iuran sampah 50 rbu besok dimas bawa tong sampah sendiri dari rmh ntar pulangnya bawa lagi ke rmh. Komersil banget si yayasannya"
C: "EMOSI deh jadinya! Abdel jga aq suruh bawa plastik deh. Itu sekolah apa mall.. Jangan2 nanti ke wc jga bayar ni"
====================================
Mulai ada beberapa ibu yang saling mengingatkan....
A: "Jangan emosi dulu"
E: "Istigfar bun, don't angry "̮ƗƗɐƗƗɐ ƗƗɐƗƗɐ"̮"
A: "Ini baru berita satu sumber. Belum cek and ricek loh"
E: "Tp kalau memang sdh ada edaran, sdh wajib dikonfirmasi ke pihak sekolah"
C: "Barusan aq tanya n aq periksa di tas Abdel..ga ada surat edaran.."
B: Kan tdi aq da nanya in. Mmg da ada surat pemberitahuan nya"
====================================
Hingga akhirnya....
I: "Hmm...yuk dirunut... Td ada yg mlontarkan pertanyaan "Ada iuran sampah, 50 ribu per anak di sekolah. Perlu diskusi nih, menurutku itu terlalu mahal ngga?"...
I: "Hmm...yuk dirunut... Td ada yg mlontarkan pertanyaan "Ada iuran sampah, 50 ribu per anak di sekolah. Perlu diskusi nih, menurutku itu terlalu mahal ngga?"...
Nah,
dari pertanyaan itu, lansung deh berkembang ke mana2. Tanpa konfirm dulu... Ini
iuran sampah di sekolah mannaaa?"
A: "Aku yg bilang tadi. Kata tetehku, ada kartu bayar sampah. Dari sekolah (atau tetehku salah baca ya ? Sory ntar aku tanya lagi ke tetehku"
I: "Hehehe... Koq yg laen gak dapet? Patut di curigesion tuh teteh.."
A: "Aku jadi malu, ternyata ada bu guru ke rumah. Ikut bayar iuran sampah. Sorry sorry ternyata miss comm. Maaf"
C: "Dimaafkan.."
I: "Setengah harian ngurusin yg gak jelaaaas....Baru ada dalam sejarah, sebuah sekolah mungut iuran sampah 50 rb per anak per bulan...Bisa masuk MURI tuuuh!! Ketauan deh, siapa yg bertensi tinggi.. Hihihi.."
A: "Iya nih, keburu emosi tadi, aku tanya yg lain maksudnya, malah mancing emosi"
I: "Gpp bun... Itulah perlunya cek & ricek.. "
A: "Aku yg bilang tadi. Kata tetehku, ada kartu bayar sampah. Dari sekolah (atau tetehku salah baca ya ? Sory ntar aku tanya lagi ke tetehku"
I: "Hehehe... Koq yg laen gak dapet? Patut di curigesion tuh teteh.."
A: "Aku jadi malu, ternyata ada bu guru ke rumah. Ikut bayar iuran sampah. Sorry sorry ternyata miss comm. Maaf"
C: "Dimaafkan.."
I: "Setengah harian ngurusin yg gak jelaaaas....Baru ada dalam sejarah, sebuah sekolah mungut iuran sampah 50 rb per anak per bulan...Bisa masuk MURI tuuuh!! Ketauan deh, siapa yg bertensi tinggi.. Hihihi.."
A: "Iya nih, keburu emosi tadi, aku tanya yg lain maksudnya, malah mancing emosi"
I: "Gpp bun... Itulah perlunya cek & ricek.. "
====================================
Itulah sekelumit cerita ringan, bagaimana sebuah berita harus
di cek dan ricek kebenarannya.
Betapa sering kita melihat dan mendengar kerusuhan besar meletup tak terkendali terjadi di mana-mana hanya karena sebuah “selentingan berita” yang tidak jelas asal muasalnya.
Penyebab kerusuhan, bisa karena memang merupakan pekerjaan
provokator profesional yang melayani pesanan dari “big boss”, atau karena emosi
seseorang terhadap lawannya atau karena
ketersinggungan sekelompok orang terhadap kelompok yang lain, bahkan terkadang hanya
karena celotehan orang kurang waras yang ditanggapi secara emosional tanpa
pikir panjang. Bahasa kerennya, tidak melakukan cek dan ricek.
Lihatlah kerugian yang dialami. Puluhan nyawa melayang
sia-sia, ratusan bangunan dirusak massa, naluri dendam terpendampun akan
diwariskan hingga anak cucu kelak.
Allah telah mengingatkan, agar kita
senantiasa melakukan cek dan ricek, istilah arabnya tabayyun:
“Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. ” [Al Hujuraat
6]
Demikianlah firman Allah
agar kita mewaspadari berita dari orang-orang yang fasik.
Asbabun
Nuzul ayat di atas adalah saat Walid bin Uqbah diutus Nabi untuk mengambil
zakat dari kaum Harits namun tidak berangkat karena khawatir dibunuh oleh
Harits. Akhirnya dia membuat laporan palsu bahwa Harits dan kaumnya ingin
membunuhnya.
Untungnya Nabi tidak mempercayai berita itu begitu saja. Dikirim
utusan yang lain dan ternyata Harits tidak ingin membunuh Walid. Bahkan
menunggu Walid agar bisa membayar zakat. Jika orang tidak cek dan ricek berita
tersebut, tentu akan timbul perang bukan?
Marilah kita budayakan melakukan CEK & RICEK (Tabayyun) dalam
menanggapi sebuah berita yang diragukan kebenarannya!!
Wallahu’alam
bishshawab
(Pengasinan’27’08’13-19’21)
0 komentar:
Posting Komentar