RSS

#hidayahitumahal (Ketika Hidayah Menghampiri - part 2)



ilustrasi
Hastag  #hidayahitumahal berkali-kali tertulis, mengakhiri setiap kisah yang terlontar malam itu. Bergantian kami saling curhat-curhatan tentang awal keputusan besar untuk berhijab, menyempurnakan keimanan.

Ya, kami sekumpulan emak-emak yang sok sibuk di kala siang, namun selalu menyempatkan diri berbagi ilmu dan inspirasi di keheningan malam, saat kewajiban rumahtangga tuntas tertunaikan. Beruntung kemajuan teknologi mampu mengatasi kendala ruang dan waktu.
-----------------------------
"Kalau mengingat masa laluku nan kelam, hobi ke diskotik dan clubbing, berteman akrab dengan lawan jenis dan yang terparah, digendong oleh lelaki non muslim untuk mengikuti ujian agama, benar-benar membuatku tersungkur memohon pengampunan Allah.", tulis Ajeng, seorang ibu tiga putri mengawali kisahnya.

"Orangtuaku tak pernah memberitahu, batasan pergaulan bagi anak gadisnya. Justru mereka bangga, aku gonta ganti pacar, bahkan pernah punya tiga pacar dalam waktu bersamaan. Astaghfirullaahaladzhiim", istighfar berkali-kali dituliskannya.

"Kini, kutak mau kejadian serupa menimpa putri-putriku. Cukup aku saja yang pernah sesat tanpa ada yang mengingatkan", tulisnya kembali serta mengakhiri dengan hastag #hidayahitumahal.
-----------------------------
"Kala pertama aku berhijab, bukan dilandasi oleh iman. Namun lebih karena aku ingin tampil beda dengan membuktikan, bahwa orang pintarpun, berani berhijab.", curhat temanku yang lain, Destri.

"Sebagai peraih gelar bintang sekolah, kepopuleran rupanya menjadi pemicu polah aneh dan pemberontakanku. Suatu hari sepulang sekolah, berbekal uang saku seadanya, aku ke pasar membeli kain seukuran setengah meter. Setiba di rumah, kupatut-patutkan diri mengenakan penutup kepala setengah meteran itu. Ah, aku salah beli, kenapa bentuknya jadi panjang begini? Esoknya, ku beli lagi setengah meter bahan yang sama. Sampai rumah, buru-buru kujahit dan kupasangkan di kepala. Ah, semakin aneh saja. Namun, tekadku sudah bulat, esok ku kan ke sekolah menggunakan jilbab!

Benar saja dugaanku, semua teman dan guru terperangah melihat perubahan drastisku. 
Berbagai sindiran berhamburan, "Gak salah kamu, Des?", "Sarapan apa kamu tadi pagi?", "Mimpi apa nyata ini ya?", "Nekad lu Des!". 
Hingga komentar positif  "Selamat ya Des", "Semoga istiqomah, Des", "Akhirnya lu sadar juga" dan berbagai ucapan lainnya.

Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu, itu prinsipku. Biarkan mereka bicara semaunya. Toh, aku yang melakoni hidupku sendiri. Ini sudah pilihan dan tekadku. Maju terus, pantang mundur. Di kemudian hari, aku baru sadar, ternyata inilah yang seringkali disebut orang sebagai "hidayah". Pintu kebesaranNya telah dibuka, tinggal pilihanku, mau masuk atau tetap berdiri di luar dan akhirnya tenggelam bersama sang jaman.

Sehari, dua hari, seminggu, sebulan. Lama kelamaan berbagai komentar itupun lenyap dengan sendirinya. Aku mampu membuktikan, bahwa seeksentrik apapun, aku tetaplah aku! Siswi pintar nan penuh prestasi! Yah, maklumlah, masa-masa menjadi anak OSIS, memang masa penuh proses pencarian jati diri. Alhamdulillah, aku berjalan di track yang benar.

Itu sepenggalan kisah Destri, sosok yang  didampuk menjadi ketua perkumpulan kami. Hastag #hidayahitumahal pun mengakhiri cerita Destri.
-----------------------------
Jadul, justru ayah yang memaksaku untuk berpacaran. Mereka tidak ingin putri-putrinya dianggap tak laku. Namun, keputusan ayah justru membuatku merasa semakin tak nyaman. Berduaan dengan seseorang yang bukan siapa-siapa, dengan dalih agar ada teman di perjalanan, ada yang melindungi, ada yang bisa diajak ngobrol berbagi cerita dan canda. Semua mengarah ke bukan diriku. Ini bukan aku dan aku tidak ingin seperti ini! 

Pemberontakan, membawa cintaku berlabuh pada sesosok dewasa yang saat itu kupuja-puja bak idola. Namun, cintaku ternyata bertepuk sebelah tangan. Tiba-tiba perwujudan Sang Dewa, menjelma menjadi makhluk durjana dan akupun dihempaskannya begitu saja!

Di tengah keterpurukan, aku bertemu dengan seorang lelaki pendiam, serius dan kurang gaul. Namun, entah mengapa justru ia mampu menyembuhkan luka hatiku. Tak berapa lama, iapun memberanikan diri meminang dan menyatakan keinginannya memperistriku. Tentu saja ayah menyambut dengan suka cita. Akhirnya si putri sulung laku jua. Yah, kami tiga dara yang dibiarkan bebas bergaul dengan siapa saja. 

Pernikahan kami dikarunia sepasang malaikat mungil yang memeriahkan hari-hariku. Empat tahun sudah, kami lewati bersama, hingga suami memintaku untuk berhijab. Demi cintaku padanya, akupun bersedia mengubah gaya busana sembronoku. Tanktop dan jeans, itulah keseharianku. Tiba-tiba harus berubah seratus delapan puluh derajat, Sulit awalnya, namun seiring waktu dan pemahaman keIslaman yang kupelajari, perlahan namun pasti aku merasakan kenyamanan yang selama ini tak pernah menghampiri. Ada sensasi tersendiri, setiap kutata penutup kepalaku. Rasa yang tak mampu kuungkapkan dengan kata-kata.

Kali ini, Tasya si centil yang bercerita. Lugas dan apa adanya, seperti kesehariannya bersama kami. Jujur, tanpa banyak basa-basi. Hastag #hidayahitumahal, tak lupa disematkan.

-----------------------------
ilustrasi
Ya, teman... #hidayahitumahal! Hidayah harus dicari, dia takkan datang sendiri walaupun jutaan orang mendoakan. Hidayah itu amat sangat berhubungan dengan hati. 

“Hai jiwa yang tenang Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu Maka masuklah ke dalam surga-Ku.”(al fajr :27-30)

Hidayah itu dari Allah, milik Allah dan hak prerogatif Allah untuk mengkaruniakannya kepada hamba yang dikehendaki.

 إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki". [Al Qashash/28 : 56].


Termasuk kepada paman Rasulullah sendiri, Abu Thalib!!! 
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ ٩:١١٣

"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam". [At Taubah/9 : 113]

وَاللهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Al-Baqarah: 213)
-----------------------------
Wallahu'alam bisshowab... Semoga kita termasuk insan yang senantiasa mendapat curahan hidayahNya..aamiin.

RaDal, 27'05'15 (01'24)

*kisah sebelumnya ada di sini 


0 komentar:

Posting Komentar